Home »
Kisah Tiongkok
» Silsilah Marga dan Nama Orang Tionghoa
Silsilah Marga dan Nama Orang Tionghoa
Written By Regina Kim on Senin, 03 Desember 2012 | 01.13
Marga orang Tionghoa muncul pada masa masyarakat matriarkal. Pada masa itu, orang membentuk klan-klan dengan ibu sebagai intinya. Untuk saling membedakan, dipakailah marga untuk sebutan masing-masing klan.
Asal-usul marga, kira-kira ada beberapa macam:
1. Masyarakat matriarkal menggunakan nama ibu sebagai marga. Maka banyak marga kuno memakai nǚ (女, perempuan) sebagai elemen hurufnya. Misalkan: 姜(jiang), 姚(yao), 姬(ji). Bahkan kata “marga”(姓) itu sendiri terdiri dari 女 dan 生.
2. Marga berasal dari binatang yang disembah orang zaman dulu. Misal: 马(ma, kuda), 牛(niu, sapi), 羊(yang, kambing), 龙(long, naga).
3. Marga dari negara leluhur. Misal: 赵(Zhao), 宋(Song), 秦(Qin), 吴(Wu).
4. Marga berasal dari nama gelar leluhur. Misal: 司马(Sima), 司徒(Situ), yang merupakan nama gelar zaman dulu.
5. Marga berasal dari kedudukan leluhur. Misal: 王(pangeran), 侯(marquis).
6. Posisi dan keadaan tempat tinggal sebagai marga. Misal: 东郭(tembok timur), 西门(gerbang barat), 池(kolam), 柳(willow).
7. Pekerjaan sebagai marga. Misal: pembuat tembikar bermarga 陶(tao, tembikar).
8. Menggunakan nama leluhur sebagai marga. Misal: leluhur bangsa Tiongkok, Huangdi, bernama Xuanyuan, maka akhirnya Xuanyuan menjadi sebuah marga.
Marga orang Tionghoa ada yang terdiri dari satu huruf, juga ada yang dua huruf dan lebih dari dua huruf. Ada berapa jumlah marga di Tiongkok, sampai sekarang belum bisa dipastikan. Pada dinasti Song, ada seorang terpelajar menulis sebuah buku “Bai jia xing”, di dalamnya terdaftar 500 lebih marga, 60 di antaranya adalah marga dengan gabungan huruf. Lembaga Riset Genetika dan Perkembangan Biologis di Akademi Sains Tiongkok setelah bertahun-tahun mengumpulkan data dan melakukan riset, akhirnya menemukan bahwa Tiongkok dari zaman kuno hingga zaman sekarang, telah ada lebih dari 22000 marga. Ini adalah catatan penghitungan marga orang Tionghoa dengan jumlah paling banyak. Saat ini, marga yang digunakan oleh orang Tionghoa kira-kira ada 3500. Di antaranya, ada 100 yang sering ditemui, dan tiga marga paling banyak adalah 李(li), 王(wang), 张(zhang). Marga dengan huruf gabungan paling banyak adalah 诸葛(zhuge), 欧阳(ouyang), 司徒(situ), 司马(sima).
Nama orang Tionghoa memiliki tradisi dan karakteristiknya sendiri. Nama lengkap orang Tionghoa selalu terdiri dari marga di depan, nama di belakang. Nama ada yang satu huruf, juga ada yang dua huruf. Orang di dalam suatu keluarga, namanya harus mengikuti urutan senioritas. Orang dengan derajat senioritas sama, sering kali harus menggunakan satu huruf yang sama. Nama orang kuno lebih rumit dari orang modern. Orang yang terpelajar dan berkedudukan, kecuali marga dan nama, ia juga memiliki zi(style name) dan hao(nama alternatif). Misalkan: Sastrawan dinasti Song, Sushi, bermarga Su, bernama Shi. Ia memiliki style name Zizhan, nama alternatif Dongpo. Penyair dinasti Tang, Libai, pada masa kecilnya tinggal di desa Qinglian di Sichuan. Dia memberi nama alternatif pada diri sendiri “Qinglian jushi”.
Nama orang Tionghoa sering memiliki arti tertentu, menunjukkan harapan tertentu. Ada yang namanya mengandung tempat, waktu maupun gejala alam saat orang itu lahir, misal: “Jing”(Beijing), “Chen”(pagi), “Dong”(musim dingin), “Xue”(salju). Ada yang namanya berartikan harapan dan moral tertentu, misal: “Zhong”(kesetiaan), “Yi”(keadilan), “Li”(tata krama), “Xin”(kepercayaan). Ada yang namanya mengandung harapan kesehatan, panjang umur, bahagia, misal: “Jian”(sehat), “Shou”(panjang umur), “Song”(pinus, mewakili panjang umur), “Fu”(bahagia). Nama laki-laki dan perempuan juga tidak sama. Nama laki-laki kebanyakan memiliki arti kekuatan, keberanian dan wibawa, misal: “Hu”(harimau), “Long”(naga), “Xiong”(keagungan), “Wei”(kecemerlangan), “Gang”(keras), “Qiang”(kuat). Nama perempuan kebanyakan memiliki arti kelembutan dan kecantikan, misal: “Feng”(phoenix), “Hua”(bunga), “Yu”(giok), “Cai”(warna), “Juan”(anggun), “Jing”(ketenangan).
Sekarang, orang Tionghoa tidak lagi begitu memperhatikan nama seperti orang kuno. Biasanya hanya ada nama kecil, nama resmi. Nama juga tidak harus mengikuti urutan senioritas lagi.
(Diterjemahkan dari Overseas Chinese Language and Culture Education Online)
Label:
Kisah Tiongkok
Diberdayakan oleh Blogger.
Posting Komentar