Home »
Kisah-kisah spiritual
» Kisah Orang Yang pandai berdebat
Kisah Orang Yang pandai berdebat
Written By Regina Kim on Senin, 03 Desember 2012 | 02.33
Pada jaman dahulu, ada seorang pria yang berteman dengan orang yang pandai berdebat. Pada saat itu, ia yakin bahwa temannya itu berbakat (pandai bicara), dan ia tidak terlalu memikirkan hubungan antara keba
ikan dan kejahatan. Seiring waktu, pria ini bertemu dengan banyak orang lain yang mengalami penghinaan dan mereka tidak membantah atau melawan. Saat itulah ia menyadari perbedaan besar antara kedua jenis orang ini.
Suatu hari, ketika membaca buku klasik Dao De Jing (Tao Te Ching) dari Lao Zi, diutarakan bahwa “orang suci melakukan sesuatu namun tidak bertempur demi hal itu”. Dia tiba-tiba tercerahkan pada fakta bahwa kecerdikan orang dalam hal berdebat bukanlah merupakan talenta (bakat) seseorang, malah sesungguhnya kerendahan hati dalam menerima hal apapun barulah tingkat seseorang yang lebih tinggi.
Lao Zi berkata, "Orang Baik Tak Suka Berdebat, Orang yang Suka Berdebat Bukan Orang Baik.” Lebih lanjut ia memaparkan bahwa “Kata-kata jujur mungkin tidaklah enak didengar, namun kata-kata yang enak didengar, belum tentu merupakan kejujuran.” Orang yang suka berdebat mungkin tidak memiliki pengetahuan yang luas, sementara orang-orang yang yang berpengetahuan dan kaya pengalaman mungkin tidak suka berdebat.”
Tersadarkan oleh kebajikan, yang paling penting adalah tindakan, bukan kata-kata. Anda tidak perlu memperdebatkan kebenaran yang lebih tinggi setiap hari. Karena perdebatan pada kenyataannya hanya kata-kata, sedangkan perbuatan lurus barulah yang mengungkapkan intisari sejati seseorang. Setiap kebenaran dan prinsip yang lurus hanya dapat diwujudkan secara terus menerus dan kultivasi sejati.
Selain itu, dalam kitab suci yang berbeda, Konfusius berkata, "Orang bijaksana lambat dalam bicara tapi cepat dalam tindakan". "Orang bijaksana makan, namun tidak sampai kekenyangan. Mereka hidup, namun tidak mencari kesenangan. Mereka pandai dan berpengetahuan, namun berhati-hati dengan apa yang mereka katakan.”
Mereka berdua, Konfusius, Lao Zi dan Master spiritual besar lainnya, setuju bahwa apa pun yang kita lakukan, apakah kita meningkatkan moralitas kita atau terlibat dalam kegiatan sosial, kita harus bekerja keras tanpa banyak berdebat, membantah, menuntut dan komplain.
RENUNGAN:
Jika kita berpikir tentang hal ini dengan hati-hati, orang baik dengan kemampuan besar dan keterampilan tidak perlu mengambil sikap dengan pendirian orang lain. Dia tidak perlu untuk membuktikan pendapatnya. Bahkan dalam menghadapi fitnah atau serangan pribadi, dia dapat berdiri tegak dan tindakannya tetap tidak tercela.
Mereka yang selalu dapat bertahan dalam penghinaan dan mereka yang dapat terus melakukan hal lurus dengan diam-diam tanpa memikirkan imbalan atau pengakuan, alam pikirannya meningkat lebih tinggi daripada mereka yang memiliki batin yang terikat pada kesuksesan duniawi semata. Orang baik tidak membutuhkan sanjungan ataupun pujian untuk mendapatkan respek dari orang lain.
Sebaliknya, mereka yang selalu berargumen dan berdebat setiap hari, tidak memiliki kebijaksanaan yang besar, meskipun mereka mungkin tampak terampil. Orang bijaksana akan berpikir sebelum ia berbicara. Dalam berbicara juga harus menghindari berbicara keras dan kalimat kosong, tidak mengkritik orang lain dengan cara apapun, tapi tulus dan baik kepada semua. Harus selalu menghindari perbedaan pendapat di depan orang lain dan sama sekali tidak menghina orang lain. Inilah ciri-ciri orang lurus dan tingkat tinggi. Jadi, jelas bahwa kita semua harus sedikit bicara, dan banyak kerja. (Erabaru/art)
Label:
Kisah-kisah spiritual
Diberdayakan oleh Blogger.
Posting Komentar