Latest Post

KISAH SEEKOR ANAK ANJING YANG CACAT

Written By Regina Kim on Kamis, 25 September 2014 | 01.55


Sebuah toko hewan peliharaan (pet shop) memasang papan iklan yang menarik bagi anak-anak: "Dijual anak anjing." Segera saja seorang anak lelaki datang, masuk ke dalam toko dan bertanya, "Berapa harga anak anjing yang Anda jual itu?"

Pemilik toko menjawab, "Harganya berkisar antara 30 - 50 dolar."

Anak lelaki itu lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa keping uang, "Wah. Aku hanya mempunyai 23,5 dolar. Hmmm, bisakah aku melihat-lihat anak anjing yang dijual?"

Pemilik toko itu tersenyum. Ia lalu bersiul memanggil anjing-anjingnya. Tak lama, dari ruangan dalam toko, muncullah lima ekor anak anjing. Mereka berlari-larian sepanjang lorong toko. Tetapi, ada satu anak anjing tertinggal paling belakang.

Si anak lelaki itu menunjuk pada anak anjing yang paling belakang dan tampak cacat itu. Tanyanya, "Kenapa dengan anak anjing itu?" Pemilik toko menjelaskan bahwa ketika dilahirkan anak anjing itu mempunyai kelainan di pinggulnya, dan akan menderita cacat seumur hidupnya.

Anak lelaki itu tampak gembira dan berkata, "Aku beli anak anjing yang cacat itu."

Pemilik toko itu segera menjawab, "Jangan, jangan beli anak anjing yang cacat itu! Tapi jika kamu ingin memilikinya, aku akan berikan anak anjing itu padamu."

Anak lelaki itu jadi kecewa. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata,"Aku tak mau Bapak memberikan anak anjing itu secara cuma-cuma padaku. Meski cacat, anak anjing itu tetap mempunyai harga yang sama sebagaimana anak anjing yang lain. Aku akan bayar penuh harga anak anjing itu. Saat ini aku hanya mempunyai 23,5 dolar. Tetapi setiap hari akan akan mengangsur 0,5 dolar sampai lunas."

Tetapi penjual itu tetap menolak. Katanya, "Nak, kamu jangan membeli anak anjing ini. Dia tidak bisa lari dengan cepat. Dia juga tidak bisa melompat dan bermain sebagaimana anak anjing lainnya."

Anak lelaki itu terdiam. Lalu ia melepas menarik ujung celana panjangnya. Dari balik celana itu, tampaklah sepasang kaki yang cacat. Ia menatap pemilik toko itu dan berkata, "Pak, aku pun tidak bisa berlari dengan cepat. Aku pun tidak bisa melompat-lompat dan bermain-main sebagaimana anak lelaki lain. Oleh karena itu aku tahu, bahwa anak anjing itu memerlukan seseorang yang mau mengerti penderitaannya. "

Kini pemilik toko itu menggigit bibirnya. Air mata haru menetes dar sudut matanya. Ia tersenyum dan berkata,"Aku akan berdoa setiap hari agar anak-anak anjing ini mempunyai majikan sebaik kamu, Nak."

RENUNGAN:....Nilai kemuliaan hidup tidak terletak pada status ataupun kelebihan yang kita miliki, melainkan pada apa yang kita lakukan berdasarkan pada hati nurani yang bisa mengerti dan menerima kekurangan.

Keindahan fisik bukanlah jaminan keindahan batin. Setuju kan?

MUSIM KEMARAU VS MUSIM HUJAN


Saat itu cuaca di kotaku sangat cerah.Tetapi, meskipun cerah ada ganjalan di hatiku, dan ada pertanyaan : Kenapa tidak turun hujan aja sih? Berikut dengan serentetan keluhan, yang kenapa kok sepertinya mengacu kepada pemenuhan diriku saja ?

Bajuku pasti akan memiliki bau yang tidak sedap, begitupun mukaku akan kusam karena udara yang sumpek ini. Bagaimana nanti aku mau bertemu dengan handai taulan? Malulah aku… Sekejap muncul ide dan upaya untuk berusaha menjauhkan badan dan bajuku dari bau tidak sedap. Pakai parfum, pakai mobil agar tidak keringatan, minta pendapat orang lain mengenai penampilan & "konfirmasi" bau tidak sedap di tubuhku, dll, yang semuanya pokoknya mengacu kepada saya… saya….dan saya…..
Belum lagi karena udara cerah ini, pastilah akan sering dahaga tenggorokanku.

Persiapan membawa air putih agar jika di jalan nanti saya ngelak, begitu kata Orang Jawa bilang, kiranya boleh juga ya, tapi kok air putih ?

Hhmm… rasanya kok belum afdol ya kalau tidak yang dingin2 plus soda karbonasi ? Pastilah lebih sedap ketimbang hanya sebotol air putih, yang sudah sangat mudah ditemui dan rasanya biasa - biasa saja. Saya mau yang beda dan lebih menyegarkan.
Kan kalau yang berkarbornasi bisa nambah gaul juga ?
Kira - kira seperti itulah bekalku ketika kakiku akan meninggalkan rumahku…

Setelah di jalan, hhmm.. karena udara yang sangat panas ini, yang biasa AC kendaraan ini dingin, sekonyong - konyong menjadi tidak berasa dinginnya.
Masih dingin, tetapi kualitasnya jauh berkurang. Aku bergumam, " kenapa pula ini ? Gara - gara udara pastinya, sekarang ACku menjadi seperti ini". Sungguh tidak bersahabat cuaca hari ini !!
Mengeluh sepanjang hari.
Dan karena itulah, maka : Lupa untuk menyapa tetangga depan, kiri dan kanan yang padahal selalu menyapu halamannya setiap pagi, yang juga sebenarnya menunggu teguran dan sapaan.

Lupa akan begitu indahnya senyuman sang istri dan buah hati yang disertai lambaian tangan dan seruan "Hati - Hati ya di jalan… "
Lupa juga kalau hidangan sedap yang telah aku santap di meja makan adalah hasil karya racikan bumbu - bumbu istriku.
Yaaa, lupa untuk menikmati segala KEINDAHAN di pagi hari itu.
Seiring berjalannya waktu…
Musim hujanpun tiba.
Gemuruh petir disertai kilat menyambar - nyambar.
Sang mentari kian tersipu malu terhalang awan hitam cumulonimbus.

Nyanyian burung pagi, terhalau oleh derasnya hujan yang jatuh di seng rumahku.
Pakaian yang siap untuk disetrika semakin hari semakin sedikit antriannya, tetapi justru menumpuk di jemuranku.
Menyertai ini semua, udara dinginpun menyelimuti tubuhku.
Menggigil sehabis mandi pagi, itulah yang aku rasakan.
Teh hangat manis semenjak musim yang baru datang ini, semakin cocok kiranya dihidangkan setiap pagi.

Semua ini menyusul kekuatiran akan bagaimana nanti di jalan ? apalagi 2 - 3 hari hujan tidak kunjung selesai.
Pastilah macet dimana - mana, stress melanda banyak orang, belum lagi kecemasan kalau - kalau kendaraan trouble di tengah jalan.

Sambil di jalan, otomatis teringat akan jemuranku yang pun belum kering juga.
Serba salah… ya serba salah…..
Mengeluh… ya mengeluh…..
Cerah salah… Hujanpun salah…
Lalu ?????

Apakah memang ini yang telah bersenyawa di banyak orang, terlebih sang penghuni metropolitan?
Sungguhlah berbahagia wahai mereka yang mampu bersyukur di tengah cuaca cerah maupun hujan ?
Yang mampu menikmati betapa indahnya segala yang ada yang telah disajikan olehNya
Sinar matahari yang menusuk,sangatlah baik bagi pertumbuhan tulang, apalagi si bayi yang sedang butuh - butuhnya asupan Vitamin D.
Udara panas yang senantiasa mengeringkan jemuran setiap hari, sehingga bisa ganti baju setiap hari bahkan 2 - 3 kali sehari.
Terik matahari yang terserap oleh klorofil - klorofil untuk wahai para tanaman untuk dapat bertumbuh dan beregenerasi.

Cuaca yang cerah yang mengantarkan wahai anak - anak untuk dapat bermain layangan sembari berteriak dan cemberut karena perkara menang dan kalah dalam beradu.

Dan…beragam aktivitas lain yang tentunya SUNGGUH MENYENANGKAN.

Memang sudah aturan alam, jika :
Ada panas, ada dingin.
Ada tinggi, ada pendek.
Ada baik, ada jahat
Ada hitam, ada putih
Ada terang, ada gelap.
Dst...

Maka begitulah hujanpun mengguyur setelah terik Sang Mentari beranjangsana setiap pagi, siang, sore di bulan - bulan musim kemarau.
Dingin menyambut, kabutpun hadir di sela - sela rintik - rintik hujan pagi hari.
Sang Jago agak malu meneriakkan yel - yel "kokopetok"nya, tetapi tetaplah ia konsisten membangunkan setiap orang untuk mau bangun pagi.
Di kala tidur malam, AC tidak perlu dinyalakan karena sejuknya udara.
Bahkan di kala banjirpun,
Setiap orang yang sebelumnya saling tidak tegur sapa dan begitu kental "sayaisme"nya, saat inilah setiap orang saling peduli, saling Bantu, gotong royong, bertoleransi, berperasaan sejajar dengan yang lain, dst…

Di setiap waktu dan tempat adalah suatu KEINDAHAN
Jika mampu BERSYUKUR atas segala yang telah diberikanNya
Dan senantiasa berpikir POSITIF atas apa yang terjadi, baik yang dalam kendali ataupun di luar kendali.
Kemarau ataupun Hujan ???
Semua SAMA.
Tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk.
Semua adalah semata - mata berdasar atas sikap dan cara pandang kita sebagai INSAN
Masih MAU BERUBAH dan BERSYUKURKAH kita ?

KISAH TENTANG TOLONG MENOLONG


Suatu hari, saya kedatangan seorang teman sekampung beserta istrinya.Keduanya cacat fisik yakni tuna rungu. Dengan komunikasi yang 'seadanya dan sebisanya', saya mendapat informasi bahwa mereka berpenghasilan dari menjual bubur ayam di kantin sekolah tempat anak mereka bersekolah. Beberapa kali kunjungan ke rumah, saya tahu, betapa sulit kehidupan yang harus mereka lalui.

Atas persetujuan suami, kami memutuskan dalam satu tahun ini , dan ternyata berlanjut ke tahun-tahun berikutnya, untuk membantu mereka secara kontinyu sekarung beras 50 kg setiap bulan, selain bisa untuk berjualan bubur, juga untuk makan mereka. Bila persediaan beras menipis, mereka mengirim pesan melalui sms ke HP saya.

Saat seorang saudara membutuhkan bantuan karena usahanya sedang terkena imbas pesaing, setelah mendapat persetujuan dari suami, kami pun mengucurkan dana membantu. Dan ini bukan untuk yang pertama kali.

Bila ada teman atau kerabat atau karyawan mengalami kesusahan, mereka datang ke kami dan meminta bantuan karena menganggap kami orang baik, mampu, bijak, dan bisa diandalkan untuk mendapatkan bantuan.

Meski ada teori yang menyatakan, adalah lebih baik tangan berada di atas, banyak membantu, dari pada meminta bantuan. Benar! Tidak salah sedikit pun!

Tetapi sesungguhnya, jujur saja, sebagai manusia normal yang sering menghadapi urusan begini, saat paling mendebarkan adalah pergumulan batin di detik-detik genting harus memutuskan: haruskah saya bantu orang ini? Pantaskan dibantu? Jangan-jangan, dengan bantuan kita malahan akan merusak mental mereka? Jangan sampai niatnya membantu malah mencelakakan orang, pastilah menyesal di kemudian hari.

Saat niat akan memberi bantuan telah diputuskan, setelah dipikirkan dengan seksama dari berbagai sudut, ulurkan tangan dengan perasaan bahagia. Iringi dengan doa, semoga bermanfaat positif untuk semua pihak.

Jangan kotori perbuatan baik yang telah kita lakukan dengan mengeluarkan kata-kata kasar bahkan kemudian diliputi kebencian bila ternyata bantuan yang kita berikan tidak sesuai dengan kenyataan indah yang kita inginkan. Istilah yang sering saya pakai, kalau mau bantu orang, tutup mata, tutup telinga, tutup mulut, buka hati!.

RENUNGAN : Dalam kisah tolong menolong antar manusia, ada sebuah kata indah yang perlu kita cermati, yakni: TULUS! Tulus adalah pemberi yang bersifat netral karena, Orang yang tulus tidak pernah menyesal dalam berbuat baik! Dan perbuatan baik selalu bertujuan untuk mendatangkan kebahagiaan!

KISAH KENTANG BUSUK


Pada sebuah sekolah, seorang guru mengajarkan sesuatu pada murid-muridnya. Beliau meminta agar para murid membawa sebuah kantong plastik besar dan mengisinya dengan kentang. Kentang-kentang itu mewakili setiap orang yang pernah menyakiti hati mereka dan belum dimaafkan. Setiap kentang yang dibawa, dituliskan sebuah nama orang yang pernah menyakiti hati murid-murid itu.

Beberapa murid memasukkan sedikit kentang, sebagian membawa cukup banyak. Para murid harus membawa kentang dalam kantong itu kemanapun mereka pergi. Menemani mereka belajar, dibawa pulang, dibawa lagi ke sekolah, diletakkan di samping bantal mereka saat tidur, pokoknya, kentang dalam kantong itu tidak boleh jauh dari mereka.

Makin hari, makin banyak murid yang mengernyitkan hidung karena kentang-kentang itu mulai mengeluarkan aroma busuk.

"Apakah kalian telah memaafkan nama-nama yang kalian tulis pada kulit kentang itu?" tanya sang guru.

Para murid tampaknya sepakat untuk belum bisa memaafkan nama-nama yang telah memaafkan mereka.

"Jika demikian, kalian tetap harus membawa kentang itu kemanapun kalian pergi,"

Hari demi hari berlalu. Bau busuk yang dikeluarkan kentang-kentang itu semakin membusuk. Banyak dari mereka yang akhirnya menjadi mual, pusing dan tidak nafsu makan karenanya. Akhirnya, mereka membuang kentang-kentang itu ke dalam tempat sampah. Dengan asumsi mereka juga memaafkan nama-nama yang mereka tulis di atas kulit kentang.

"Nah, para murid, dendam yang kalian tanam sama seperti kentang-kentang itu. Semakin banyak kalian mendendam, semakin berat kalian melangkah. Semakin hari, dendam-dendam itu akan membusuk dan meracuni pikiran kalian," ujar sang guru sambil tersenyum.

Para murid hanya terdiam, meresapi setiap perkataan guru mereka.

"Karena itu, sekalipun kalian menyimpan dendam pada orang lain, atau mereka pernah menyakiti hati kalian, maafkanlah mereka dan lupakan yang pernah mereka lakukan, jadikan hal itu sebagai pembelajaran dalam hidup kalian. Dendam sama seperti kentang-kentang busuk itu, kalian bisa membuangnya ke tempat sampah,"

Para murid tersenyum. Sejak hari itu, mereka belajar untuk menjadi manusia yang pemaaf dan tidak mudah menyimpan dendam. Hidup mereka tenang tanpa terbebani bau busuk yang akan merusak pikiran dan tubuh.

RENUNGAN: kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjadi manusia yang pemaaf. Sekalipun dendam tidak kita rasakan beratnya secara fisik, tetapi secara mental akan melemahkan langkah Anda, membuat hidup Anda tidak nyaman. Maafkanlah mereka yang pernah menyakiti Anda dan hirup udara segar kebebasan.

KISAH SETITIK TERANG DIBALIK SETIAP KESULITAN


Suatu kala, ada seorang yang cukup terkenal akan kepintarannya dalam membantu orang mengatasi masalah. Meskipun usianya sudah cukup tua, namun kebijaksanaannya luar biasa luas. Karena itulah, orang berbondong-bondong ingin bertemu dengannya dengan harapan agar masalah mereka bisa diselesaikan.

Setiap hari, ada saja orang yang datang bertemu dengannya. Mereka sangat mengharapkan jawaban yang kiranya dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dan hebatnya, rata-rata dari mereka puas akan jawaban yang diberikan. Tidak heran, kepiawaiannya dalam mengatasi masalah membuat namanya begitu tersohor.

Suatu hari, seorang pemuda mendengar pembicaraan orang-orang di sekitar yang bercerita tentang orang tua tersebut. Ia pun menjadi penasaran dan berusaha mencari tahu keberadaannya. Ia juga ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang sedang mengganjal di hatinya dan ia masih belum mendapatkan jawaban. Ia berharap mendapatkan jawaban dari orang tua tersebut.

Setelah berhasil mendapatkan lokasi tempat tinggal orang tua itu, ia bergegas menuju ke sana. Tempat tinggal orang tua tersebut dari luar terlihat sangat luas bagai istana.

Setelah masuk ke dalam rumah, ia akhirnya bertemu dengan orang tua bijaksana tersebut. Ia bertanya, "Apakah Anda orang yang terkenal yang sering dibicarakan orang-orang mampu mengatasi berbagai masalah?"

Orang tua itu menjawab dengan rendah hati, "Ah, orang-orang terlalu melebih-lebihkan. Saya hanya berusaha sebaik mungkin membantu mereka. Ada yang bisa saya bantu, anak muda? Kalau memang memungkinkan, saya akan membantu kamu dengan senang hati."

"Mudah saja. Saya hanya ingin tahu apa rahasia hidup bahagia? Sampai saat ini saya masih belum menemukan jawabannya. Jika Anda mampu memberi jawaban yang memuaskan, saya akan memberi hormat dan dua jempol kepada Anda serta menceritakan kehebatan Anda pada orang-orang," balas pemuda itu.

Orang tua itu berkata, "Saya tidak bisa menjawab sekarang."

Pemuda itu merengut, berkata, "Kenapa? Apakah Anda juga tidak tahu jawabannya?"

"Bukan tidak bisa. Saya ada sedikit urusan mendadak," balas orang tua itu. Setelah berpikir sebentar, ia melanjutkan, "Begini saja, kamu tunggu sebentar."

Orang tua itu pergi ke ruangan lain mengambil sesuatu. Sesaat kemudian, ia kembali dengan membawa sebuah sendok dan sebotol tinta. Sambil menuangkan tinta ke sendok, ia berkata, "Saya ada urusan yang harus diselesaikan. Tidak lama, hanya setengah jam. Selagi menunggu, saya ingin kamu berjalan dan melihat-lihat keindahan rumah dan halaman di luar sambil membawa sendok ini."

"Untuk apa?" tanya pemuda itu dengan penasaran.

"Sudah, jangan banyak tanya. Lakukan saja. Saya akan kembali setengah jam lagi," kata orang tua itu seraya menyodorkan sendok pada pemuda itu dan kemudian pergi.

Setengah jam berlalu, dan orang tua bijak itu pun kembali dan segera menemui pemuda itu.

Ia bertanya pada pemuda itu, "Kamu sudah mengelilingi seisi rumah dan halaman di luar?"

Pemuda itu menganggukkan kepala sambil berkata, "Sudah."

Orang tua itu lanjut bertanya, "Kalau begitu, apa yang sudah kamu lihat? Tolong beritahu saya."

Pemuda itu hanya diam tanpa menjawab.

Orang tua itu bertanya lagi, "Kenapa diam? Rumah dan halaman begitu luas, banyak sekali yang bisa dilihat. Apa saja yang telah kamu lihat?"

Pemuda itu mulai bicara, "Saya tidak melihat apa pun. Kalau pun melihat, itu hanya sekilas saja. Saya tidak bisa ingat sepenuhnya."

"Mengapa bisa begitu?" tanya orang tua itu.

Sang pemuda dengan malu menjawab, "Karena saat berjalan, saya terus memperhatikan sendok ini, takut tinta jatuh dan mengotori rumah Anda."

Dengan senyum, orang tua bijak itu berseru, "Nah, itulah jawaban yang kamu cari-cari selama ini. Kamu telah mengorbankan keindahan rumah yang seharusnya bisa kamu nikmati hanya untuk memerhatikan sendok berisi tinta ini. Karena terus mengkhawatirkan tinta ini, kamu tidak sempat melihat rumah dan halaman yang begitu indah. Rumah ini ada begitu banyak patung, ukiran, lukisan, hiasan dan ornamen yang cantik. Begitu juga dengan halaman rumah yang berhiaskan bunga-bunga warna-warni yang bermekaran. Kamu tidak bisa melihatnya karena kamu terus melihat sendok ini."

Ia melanjutkan, "Jika kamu selalu melihat kejelekan di balik tumpukan keindahan, hidup kamu akan dipenuhi penderitaan dan kesengsaraan. Sebaliknya, jika kamu selalu mampu melihat keindahan di balik tumpukan kejelekan, maka hidup kamu akan lebih indah. Itulah rahasia dari kebahagiaan. Apakah sekarang sudah mengerti, anak muda?"

Pemuda itu benar-benar salut atas kebijaksaan dari orang tua itu. Ia sungguh puas dengan jawabannya. Akhirnya ia menemukan jawaban yang selama ini ia cari. Sebelum pergi, ia menepati janjinya dengan memberi hormat dan dua jempol kepada orang tua tersebut.

RENUNGAN : Dalam hidup ini, alangkah baiknya kita tidak menjerumuskan diri kita ke dalam keterpurukan. Selalu ada hal positif yang bisa kita ambil. Jangan mengorbankan keindahan hidup hanya untuk melihat sisi jeleknya. Jadilah orang yang senantiasa melihat setitik terang di dalam gelap.

Isinya.. Bukan Bungkusannya


Hidup akan sangat melelahkan,
sia-sia dan menjemukan
bila Anda hanya menguras pikiran untuk mengurus BUNGKUSAN-nya saja
dan mengabaikan ISINYA.

Bedakanlah apa itu Bungkusan
dan apa itu Isinya.

Rumah yg indah hanya bungkusan;
Keluarga Bahagia itu isinya.

Pesta nikah hanya bungkusan;
Cintakasih, Pengertian dan komitmen, itu isinya

Ranjang mewah hanya bungkusan;
Tidur nyenyak itu isinya.

Makan enak hanya bungkusan;
Gizi dan energi itu isinya.

Kecantikan hanya bungkusan;
Kepribadian itu isinya.

Bicara itu hanya bungkusan;
Kerja nyata itu isinya.

Buku hanya bungkusan;
Pengetahuan itu isinya.

Jabatan hanya bungkusan;
Pengabdian dan pelayanan itu isinya.

Pergi ke Rumah Ibadah itu bungkusan;
Melakukan perintah Tuhan dalam hidup itu isinya.

Utamakanlah isinya...
namun rawatlah bungkusnya...

KISAH APAKAH NASIB DAPAT DIRUBAH

Written By Regina Kim on Kamis, 04 September 2014 | 17.55


Alkisah hidup lah seorang peramal terkenal bernama Chen pau lie dan seorang anak laki-laki tunggalnya bernama Chen wen cien disebuah kota kecil di cina selatan, pak Lie umurnya sudah 60 tahun dan anaknya baru berumur 19 tahun sedangkan istri dari pak Lie telah meninggal waktu Wen Cien berumur 15 tahun, bapak dan anak ini hid...up dengan serba bercukupan, hal ini dikarenakan pak Lie selain menjadi peramal terkenal yang ramalannya selalu tepat dia juga adalah tabib terkenal juga, tugas Wen cien setiap pulang sekolah adalah meracik obat-obatan di apotik mereka bersama dua orang pembantunya sementara pak Lie sibuk melayani pasien yang sangat banyak setiap harinya.
Begitulah kegiatan keseharian bapak dan anak tersebut, Pada suatu malam pak Lie coba meramal nasib anaknya, alangkah terkejutnya pak Lie melihat hasil dari ramalan itu, ternyata Wen Cien anak kesayangannya tidak berumur panjang dan meninggal di usia yang sangat muda yaitu pada umur 20 tahun. Pak Lie sangat terpukul dan tidak bisa menerima kenyataan ini, keesokan hari pagi-pagi buta pak Lie pergi ke gunung untuk menemui gurunya, berharap ramalannya salah.
Tapi apa mau dikata, guru pak Lie juga mengatakan hal yang sama, dengan langkah yang gontai pak Lie pulang kembali ke rumah. Sesampainya di rumah pak Lie terus melamun " kenapa anak yang begitu baik harus mati muda, siapa lagi penerus ku, buat apa harta ku berlimpah tetapi anakku satu-satunya tidak dapat ku pertahankan dan akan mati muda" gumannya dalam hati. Pak lie tidak sanggup melihat anak kesayangannya meninggal dihadapannya.
Pak Lie pun memanggil Wen Cien "anakku kamu sudah dewasa, menurut adat nenek moyang kita kamu harus pergi berkelana mencari ilmu, kini waktunya telah tiba anakku " kata pak Lie sambil meneteskan air mata, sebenarnya tak ada adat seperti itu dalam keluarga pak Lie, ini hanya ide dari pak Lie karena dia tak mau melihat anak kesayangan meninggal di hadapannya.
Wen cien pun bertanya "kenapa papa menangis? kalau papa rasa berat, kita langgar aja adat keluarga kita itu, lagipula siapa yang membantu papa nanti" pak Lie pun tersadar dan berpura-pura tegar dihapusnya air mata "Anakku adat tidak boleh dilanggar dan kamu jangan kawatirkan papa, kan ada dua pembantu kita yang setia mendampingi papa, besok pagi-pagi kamu sudah harus berangkat anakku "
Keesok paginya Wen Cien pun berangkat dengan bekal dan uang yang cukup banyak karena pak Lie tahu anaknya tak akan kembali lagi, sebagian uang tabungan pak Lie diserahkan kepada anaknya, pak Lie berharap anak nya dapat menikmati sisa hidupnya.
Hari berganti bulan, bulan berganti tahun pak lie pun kembali tegar meskipun terkadang pak Lie bersedih bila teringat pada anak kesayangannya itu. Setelah kepergian Wen Cien, pak Lie pun menjadi seorang dermawan yang baik hati, baginya harta tidak penting lagi, pak Lie selalu memberi pengobatan gratis terhadap pasien-pasiennya yang kurang mampu juga terhadap kedua pembantunya, pak Lie sudah menganggap mereka sebagai anaknya sendiri, setiap ada kegiatan sosial atau ada pembangunan Vihara pak Lie selalu menyumbang.
Pada suatu malam setelah hujan yang begitu deras berhenti, pintu rumah Pak Lie diketuk oleh seseorang berkali-kali, pak Lie pun bergegas keluar dari kamar, pak Lie menebak pasti ada orang yang butuh pertolongan, pak Lie pun segera membukakan pintu... dan alangkah terkejutnya pak Lie..pak Lie tidak percaya orang yang berdiri dihadapannya dengan seragam pengawai pemerintahan.
"....A cien.....Acien anak ku...benarkah itu...."teriak pak Lie dengan bibir yang bergetar dan mengucek-ucek matanya.
"Benar pak ini saya anak papa" jawab pemuda itu, lalu merekapun berpelukan rindu bertahun2 tidak bertemu, tapi dalam benak pak Lie berkata " ini tidak mungkin ....ini tidak mungkin...pu khe neng..." diusap-usapnya wajah pemuda itu pak Lie masih tidak percaya kalau itu Wen Cien anaknya atau ini arwahnya sebab seharusnya Wen cien telah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Keesok harinya pak Lie masih penasaran dan tidak percaya kalau anaknya masih hidup, pak Lie pun bergegas pergi kegunung bersama Wen Cien utk menjumpai gurunya.
Sesampai di padepokan gurunya, setelah memberi hormat pak Lie pun langsung berkata "guru ramalan kita sudah salah guru...lihat Wen Cien anakku masih hidup dan sekarang menjadi pejabat "
Guru pak Lie " ehmmmm...tidak mungkin...tidak mungkin " sambil tangannya menghitung2 " ini tidak mungkin... semua hitungan kita benar...ada apa ini " guru pak Lie menggeleng-gelengkan kepala sambil mengelus janggutnya yang panjang.
Akhirnya guru pak Lie pun mengintrograsi Wen Cien " Nak coba katakan pada kakek guru apa yang kamu lakukan setelah meninggalkan rumah",
Wen Cien pun bercerita " Setelah pergi dari rumah aku tidak tahu mau kemana dengan menaiki kuda, aku telusuri jalan tanpa tujuan setiap kota yang ku jumpai aku beristirahat dan esoknya ku lanjutkan kembali perjalanan... lalu tiba disebuah sungai aku melihat seorang ibu dgn ketiga anaknya yang masih kecil menangis di pinggir jembatan, ku perhatikan terus ibu itu eh..ternyata dia dan ketiga anaknya akan melompat kesungai yang dalam itu...aku pun bergegas menahan ibu itu agar tidak tidak terjun kesungai tersebut..."
Ibu itu berteriak "mengapa kamu menolongku anak muda? AKU INGIN MATI!..."
Wen Cien pun berkata "kenapa ibu mau bunuh diri...? lagi pula kenapa anak-anak juga akan ibu bunuh apa yang terjadi ibu...? "
Ibu itu menjawab" suamiku baru saja meninggal... rumah serta ladang kami di sita oleh tengkulak, sekarang kami tidak memiliki apa-apa lagi, sebenarnya saya hanya ingin bunuh diri sendirian karena tidak tahan lagi menanggung beban yang sangat berat, tetapi kalau saya meninggal, bagaimana anak-anak saya? siapa yang memilihara mereka? jadi mereka saya bawa serta."
Mendengar cerita itu Wen Cien tergugah hatinya dan memberikan uang yang cukup banyak kepada ibu itu "Bu ini ada sedikit uang semoga bisa meringan kan beban ibu, " wah ini terlalu banyak anak muda" jawab ibu itu " tidak bu...saya juga minta izin tinggal bersama ibu karena di sini saya tidak punya saudara" sahut Wen Cien.
Wan Cien pun tinggal bersama ibu itu dan membantu mengambangkan usaha keluarga ibu itu. Kehidupan merekapun sekarang jauh lebih baik dari waktu suaminya masih hidup. Dan pada suatu hari ada pengumuman dari kota raja bahwa ada penerimaan pejabat negara.Wen Cien pun ikut ujian dan akhirnya lulus dgn nilai yang sangat baik serta di terima menjadi pejabat negara.
Mendengar cerita Wen Cien Pak Lie dan gurunya termenung sejenak sambil jari-jari mereka menghitung "...Aha....ternyata nasib bisa dirubah " celoteh guru Pak Lie.
Ternyata nasib bisa di rubah itulah kenyataannya, Wen Cien dan pak Lie telah merubah nasib mereka dengan berbuat kebajikan.

RENUNGAN : Cerita ini tak jauh berbeda dengan kisah LIAU FAN.. yang merubah nasib buruknya dengan berbuat kebajikan...dari cerita ini kita bisa mengambil kesimpulan tak ada satupun makhluk adi daya yang menguasai nasib kita ...kita lah sendiri yang mengendalikan nasib kita ...dari hasil karma masa lampau dan karma saat ini.....nasib baik juga akan mejadi buruk kalau di kehidupan ini kita isi dengan perbuat buruk sebaliknya nasib buruk akan menjadi baik apabila kita isi kehidupan kita dengan perbuatan-perbuatan baik.

KISAH LIAU FAN MENGUBAH NASIB DAN TAKDIR


Ada seorang pemuda yg telah diramal bakalan hidup susah, cita2 tdk tercapai, usaha bangkrut, tdk punya keturunan dan kenyataannya memang benar2 hidupnya sangat susah dan menderita sekali.

Maka ia sering berpikir bagaimana caranya ia bisa mengubah nasibnya. Dan ia sering berkonsultasi dgn banyak orang.
Akhirnya dia menemukan seorang Bijaksana yg diseganni karna kehidupannya yg arif, kemudian org bijaksana itu memberikan nasihat sebagai berikut:
"buatlah 1000 kebaikan maka nasibmu akan berubah lebih baik"
Dia berusaha melakukan saran tsb...berbulan2 dia kerjakan.. bantu orang angkut barang, berbagi makan dgn org yg lebih susah, menyebrangkan orang di sungai, selalu sabar walau sering di ganggu, selalu senyum pada semua orang.
Tapi aneh... baru 700 an berbuat kebaikan, kok hidupnya sudah berubah menjadi lbh baik...
Dia kembali lg ke orang bijaksana tsb....
Orang arif tsb berkata: "Engkau pasti telah lakukan 1000x
Coba ditelusuri lagi."
Begitu ditelusuri satu persatu...
sampailah pada 1 hal yg ia ingat...
pemuda ini pernah mmbangun JEMBATAN agar orang2 bisa
gampang "Menyebrangi" sungai...
ternyata jembatan itu bukan 1x kebaikan, tapi setiap orang yg melintas JEMBATAN tsb dihitung sebagai 1x Kebaikan...
Marilah mengubah Nasib menjadi lebih Baik dgn MEMULAI Berbuat Baik terhadap "Semua Orang" setiap hari.

RENUNGAN : Ketika kita berbuat Jahat, Garang, iri, Kecewa, mencuri, menipu dll, maka keberuntungan menjauh, maut mulai mendekat tuk mengetuk pintu..
Sebaliknya ketika kebaikan ditabur, maut menjauh, damai dan kesejahteraan mulai mendekat.
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi putus asa.

KISAH IBU BURUNG GAGAK DENGAN ANAK2NYA

Written By Regina Kim on Senin, 18 Agustus 2014 | 04.26


Tahun ini, musim kemarau sangat panjang. Tumbuhan mulai mengering, sungai-sungai kehilangan aliran airnya, mata air kering dan air sumur menyusut. Beberapa binatang bahkan mati akibat suhu panas dan haus. Semua hewan dan tumbuhan selalu berdoa atas hujan yang hadir dan memberi kehidupan pada mereka.

Keadaan yang tidak menguntungkan ini membuat seorang ibu gagak mengajak anak-anaknya yang berjumlah 8 orang untuk migrasi ke daerah yang lebih sejuk dan memiliki persediaan air yang cukup. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya mereka berangkat ke daerah lain bersama-sama.

Rasa lelah dan haus menerpa keluarga gagak ini, akhirnya mereka beristirahat di sebuah rumah petani yang sudah ditinggalkan penghuninya. Mereka semua sangat kehausan. Hal ini menimbulkan pertengkaran akibat emosi, ditambah lagi terpaan matahari yang panas. Bahkan ibu gagak tidak bisa mendiamkan mereka.

Gagak paling kecil menghindari keributan saudara-saudaranya, dia bersedih karena pertengkaran itu. Akhirnya dia terbang mengitari rumah dan mencari siapa tahu ada persediaan air yang tersisa. Si gagak kecil akhirnya berhasil menemukan sebuah kendi di belakang rumah petani. Kendi itu berisi sedikit sekali air di dasarnya.

Si kecil memanggil ibu dan saudara-saudaranya. Rasanya percuma bila ada kendi berisi air yang sangat sedikit. Mereka tidak bisa mencapai dasar kendi, pada gagak perlu tempat berpijak saat minum, jika tidak, mereka bisa tercebur ke air dan mati. Tidak ada satupun yang berani masuk ke dalam kendi untuk minum.

Si gagak kecil tidak kehabisan akal, dia melihat tumpukan kerikil di luar rumah petani. Akhirnya dia terbang dan memasukkan kerikil itu ke dalam kendi. Saudara-saudaranya yang lain tidak tahu apa yang sedang dilakukan si gagak kecil dengan memasukkan kerikil ke dalam kendi.

Akhirnya sang ibu gagak mengerti, anak bungsunya memasukkan kerikil agar air yang ada di dasar kendi naik ke permukaan, sehingga mereka semua bisa minum dengan berpijak pada bibir kendi. Sang ibu meminta agar semua anaknya membantu si bungsu memasukkan kerikil.

Dengan kesabaran dan kerjasama, akhirnya air di dasar kendi naik ke permukaan. Mereka semua bergantian meminum air itu tanpa khawatir tercebur ke dalam air. Semua gagak memuji ide sang gagak kecil. Dan akhirnya, setelah melegakan tenggorokan, keluarga gagak itu terbang dan sampai di daerah yang lebih subur dan banyak hujan.

RENUNGAN:
Anda bisa belajar bahwa masalah tidak akan selesai dengan bertengkar. Yang bisa Anda lakukan adalah berpikir dalam ketenangan bagaimana menyelesaikan masalah itu. Kesabaran dan kerjasama juga menjadi kunci penting akan sebuah keberhasilan.

KISAH SI PEMBUAT BONEKA CANTIK


Di sebuah desa yang aman dan damai, ada seorang pembuat boneka yang sangat terkenal. Dengan sentuhan tangannya, boneka-boneka yang dibuat seolah-olah bisa hidup. Sebab, ia selalu membuat boneka dengan hati dan perasaannya. Tak heran, setiap boneka yang dibuatnya, selalu saja jadi rebutan untuk dibeli orang.

Seiring dengan berjalannya waktu, sang pembuat boneka pun mulai menua. Ia merasa, inilah saatnya membuat karya terakhir sebelum ajal menjemput. Untuk itu, ia pun segera bersiap-siap membuat boneka terbaik yang bisa dibuatnya.

Bahan-bahan terbaik pun dikumpulkannya. Kali ini, ia bertekad membuat boneka perempuan tercantik yang tak ada bandingannya. Maka, setiap hari, setiap waktu, sang pembuat boneka pun hanya berkutat untuk terus memperbaiki karyanya.

Sekian lama membuat boneka yang akan jadi karya terakhir, si pembuat boneka pun akhirnya puas. Ia merasa, sudah membuat boneka sempurna yang akan jadi peninggalan terbaik karyanya. Ditimangnya boneka itu dengan penuh sayang, seperti anaknya sendiri.

Setelah puas menimang, si pembuat boneka membawa boneka itu ke depan cermin untuk semakin melihat kesempurnaannya. Ia pun berkata. "Hai boneka cantik. Lihatlah dirimu. Engkau pasti akan jadi boneka yang bisa membawa senyum dan tawa bahagia karena keelokanmu," ucapnya.

Namun, tiba-tiba, boneka itu seolah-olah berkata. "Ah, aku tidak cantik! Lihatlah, rambutku hitam. Padahal aku ingin punya rambut pirang nan menawan. Mataku gelap. Padahal aku ingin punya mata hijau seperti indahnya pepohonan. Aku juga tak suka bentuk tubuhku yang terlalu kurus. Aku ingin tubuhku lebih berisi sehingga bisa menawan hati!"

Si pembuat boneka pun jadi sedih mendengar keluhan ciptaannya. Maka, ia pun mencampakkan begitu saja karya yang tadi sangat dipujanya. Sehingga, boneka itu pun teronggok begitu saja dan lama-kelamaan dilupakan oleh pembuatnya. Boneka yang tadinya ingin dijadikan karya terbaik, kini telah jadi benda yang tak berarti apa-apa.

RENUNGAN :
kadang kita tak pernah puas dengan apa yang sudah kita dapat. Sibuk memikirkan apa yang belum dimiliki, dan lupa bersyukur dengan apa yang sudah didapatkan. Sehingga, tanpa sadar, apa yang sudah didapat, lama-lama justru akan berkurang atau bahkan hilang.

Padahal, Tuhan sebagai Sang Maha pencipta, telah memberikan kesempurnaan yang tiada tara bagi kita. Hanya saja, sering kali kita justru terfokus pada kekurangan yang dimiliki. Tak jarang, kita mengutuki mengapa tercipta begini, mengapa kurang begitu. Sehingga, kita lupa, bahwa kita bisa hidup saja sudah merupakan anugerah tak ternilai yang diberikan Ilahi.

Tak salah memang, jika ingin mendapat sesuatu yang lebih baik. Tak salah juga jika kita ingin mencapai sukses yang lebih tinggi. Hanya saja, jangan melupakan apa yang sudah diperoleh. Sehingga, saat mengejar yang lebih tinggi, cenderung melakukan apa saja. Akibatnya, sikut sana, sikut sini.

Mari, buka mata dan buka hati. Kita telah diciptakan dengan berjuta kebaikan dan potensi. Sebab, ada banyak hal yang patut disyukuri. Dengan memperbesar rasa syukur, kita akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Sehingga, kita akan jadi "boneka" cantik yang bukan hanya cantik di luar, tapi juga dari dalam diri.

KISAH KEBOHONGAN KADANG TIDAK SELAMANYA BURUK


Seorang bocah berusia tujuh tahun, Ofelia namanya, dia harus mendapat perawatan medis setelah menjalani operasi usus buntu. Karena dia hanya tinggal dengan ibunya, dan ibunya tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, maka Ofelia menginap di rumah sakit seorang diri. Ibunya hanya datang setelah pulang dari kantor saat matahari sudah beranjak dari ufuk Barat.

Ofelia gadis yang pemberani, dia tidak keberatan saat harus tinggal di rumah sakit hingga pulih. Lagipula, dia tidak seorang diri, ada pasien lain yang juga dirawat satu kamar dengannya. Gadis kecil itu tidak tahu seperti apa wajah pasien yang satu kamar dengannya, karena mereka berdua dibatasi oleh gorden lebar yang tidak tembus pandang. Para perawat juga tidak pernah memberi tahu Ofelia siapa gerangan pasien yang satu kamar dengannya.

Pada hari yang membosankan, Ofelia menyapa pasien di sampingnya. Ternyata pasien itu adalah seorang pria tua yang juga baru saja menjalani operasi yang sangat panjang. Kakek itu sebatang kara, dia bisa menjalani operasi berkat bantuan dana dari pemerintah. Ofelia senang berbincang dengan kakek itu, karena dia sangat baik dan suka menceritakan masa mudanya sebagai seorang tentara. Hari-hari Ofelia jadi menyenangkan.

Tetapi, ada satu hal yang tidak disukai Ofelia dari kamar perawatannya. Jendela kamar jauh dari tempat tidur, sedangkan Ofelia tidak boleh bangun dari ranjang karena bekas operasinya belum kering. Jendela itu dekat dengan jendela si kakek, sehingga Ofelia berniat untuk meminta bekas tentara itu untuk menceritakan ada apa di balik jendela kamar mereka.

"Kakek, aku ingin tahu ada apa di balik jendela itu. Aku tidak boleh beranjak dari sini. Apakah kakek bisa melihatnya dan menceritakan padaku ada apa di balik jendela itu?"

"Tentu saja sayang, aku bisa melihat dengan jelas apa yang ada di luar melalui jendela ini," ujar si kakek dengan suara yang bersemangat. "Ada taman penuh bunga mawar di sana, banyak kupu-kupu yang terbang, sinar matahari sangat hangat, hari yang sangat cerah Ofelia, semoga kau segera pulih dan bisa melihat semua itu,"

Ofelia tersenyum senang, seolah-olah tubuhnya bisa merasakan hangatnya sinar matahari di luar sana. Gadis kecil itu juga membayangkan betapa bagus bunga mawar di taman rumah sakit. Ditambah lagi, sang kakek setiap hari selalu menceritakan hal-hal menarik di luar jendela sana. Ada burung yang membuat sangkar di sebuah pohon, ada air mancur dan banyak ikan di dalamnya.

Ofelia ingin segera sembuh, ingin melihat langsung pemandangan di luar sana. Dia menuruti semua saran dokter, perawat, dan ibunya. Akhirnya hari itu tiba, Ofelia sudah boleh pulang. Sedangkan sang kakek masih harus tinggal di rumah sakit. Karena selama ini Ofelia tidak pernah melihat wajah sang kakek, dia berniat untuk berterima kasih dengan membesuk sang kakek.

Sungguh tidak diduga, ternyata sang kakek buta. Beliau telah menjalani operasi kornea mata tetapi gagal. Selama ini dia berbohong tentang taman mawar, kupu-kupu, burung, dan air mancur di luar jendela. Di luar jendela, hanya ada deretan kamar lain, tidak ada taman apalagi yang penuh dengan bunga mawar dan kolam. Ofelia menangis, dia tidak menangis karena telah dibohongi, tetapi karena dia sangat berterima kasih kepada kakek itu.

Berkat cerita yang indah tentang ada apa di balik jendela, Ofelia memiliki motivasi untuk segera sembuh. Sejak saat itu, Ofelia selalu membesuk sang kakek hingga dia keluar dari rumah sakit. Mereka tetap berteman dan bertemu di taman kota untuk berbagi cerita, layaknya seorang kakek dan cucunya.

RENUNGAN :
kadang berbohong tidak selamanya buruk, bahkan kebohongan dari orang yang tidak kita kenal. Jangan selalu berburuk sangka pada seseorang yang pernah membohongi Anda, karena selalu ada pelajaran yang bisa Anda ambil di balik setiap kebohongan yang tercipta.

KISAH KEBAHAGIAAN DENGAN HATI YANG RUSAK


Alkisah, hiduplah seorang kakek dan seorang pemuda. Pada masa itu, semua manusia bisa memamerkan hatinya, setiap hati bisa diperlihatkan pada orang lain, karena tubuh di bagian dada tidak tertutup daging, sehingga bila pakaian dibuka, hati terlihat, tidak seperti sekarang di mana hati tidak tampak dan harus diperlihatkan dengan suara, tulisan, pandangan dan sentuhan.

Sang kakek dan sang pemuda jelas berbeda umur, berbeda pemikiran dan memiliki hati yang sangat berbeda. Sang kakek yang bekerja sebagai penebang kayu sering tidak memakai pakaian atas karena panasnya cuaca, sehingga hatinya terlihat. Hati sang kakek penuh dengan bekas luka dan berlubang. Hati kakek itu lebih mengerikan daripada keriput pada kulitnya.

Sedangkan sang pemuda yang masih gagah dan tampan, dia sering tidak memakai pakaian atas sebagai bentuk pamer dan kesombongan. Pemuda itu memiliki hati yang bersih, mulus, tanpa cacat sedikitpun. Baginya, hal itu adalah hal yang membanggakan. Dia akan memamerkan pada semua orang yang ditemui mengenai hati yang bersih tanpa satu goresan.

Lalu pada suatu hari, mereka bertemu. Si pemuda tertawa terbahak-bahak dengan angkuh. Dia menepuk dadanya dan sesumbar mengatakan, "Hai, kakek yang malang, coba kau lihat hatiku! Tidak ada cacatnya, aku menjaga dengan baik benda berharga ini. Sedangkan milikmu... Astaga, kau pasti tidak bisa menjaganya dengan baik,"

Sang kakek yang sudah renta itu hanya tersenyum, tidak ada guratan marah di dalam matanya. Dia menatap hatinya yang penuh luka, sangat berbeda dengan milik sang pemuda. Lalu kakek itu berkata, "Wahai pemuda, kenapa kau sangat menjaga hatimu?"

Pemuda sombong itu mengangkat sebelah alisnya, "Tentu saja, karena hati adalah benda yang sangat berharga, seharusnya kau tahu itu," Si kakek menjawab, "Tentu saja aku tahu, wahai anak muda. Aku tahu bahwa hati adalah sesuatu yang berharga. Kenapa dia berharga? Karena selama hidup, kau harus membaginya dengan orang lain,"

Sang pemuda terdiam lama, suara sang kakek yang bijaksana membuatnya berniat untuk mendengarkan kalimat sang kakek hingga habis. "Kau boleh saja sangat menjaga hatimu, tetapi apakah kau bahagia hanya dengan memamerkannya dan tidak membaginya dengan orang lain? Wahai pemuda, aku membiarkan hatiku dilukai orang lain, termasuk wanita. Aku juga memberikan beberapa potong hatiku untuk orang lain, bahkan orang-orang yang tidak aku kenal, dan aku bahagia karenanya, karena hatiku bisa membahagiakan orang lain. Sekalipun hatiku penuh luka dan berlubang, itulah hati yang seharusnya kau bagi dengan orang lain,"

Sang pemuda akhirnya menyadari bahwa makna dari hati adalah untuk dibagikan dengan orang lain, sekalipun hatinya harus rusak dan berlubang. Akhirnya dia mencongkel sedikit bagian hatinya dan diberikan untuk sang kakek untuk menambal sedikit bagian yang berlubang. Sang kakek berterima kasih atas pemberian itu. Dan sang pemuda, sejak hari itu mulai membagi hatinya pada orang lain. Tidak hanya itu, ada beberapa orang yang menambal hatinya yang berlubang. Dia berbahagia karena hal itu.

RENUNGAN:
Tidak selamanya Anda harus meratapi hati Anda yang terluka, patah, atau hancur. Percayalah, akan ada orang lain yang bisa menambal hati Anda. Berbahagialah karena Anda telah berani membagikan hati Anda pada orang lain.

KISAH SI KEMBAR AM DAN MA


Adalah Am dan Ma, anak kembar yang bekerja sebagai pembawa air di sebuah keluarga kaya. Setiap pagi mereka akan membawa kaleng-kaleng berisi air ke rumah keluarga tersebut.

Am, adalah kembar tertua, ia punya sifat yang angkuh, tak mau susah dan egois. Am tak pernah mau mengalah dari Ma, adiknya. Apapun yang diingini harus tercapai, dan Am selalu ingin semua benda yang dimilikinya adalah yang terbaik. Sampai-sampai, kaleng timba miliknya yang sudah rusak ditukarnya dengan milik Ma untuk dipakai.

Sedangkan Ma, adalah adik yang baik. Apapun yang diberikan kakaknya, ia terima dengan tersenyum dan tak pernah marah. Dengan kaleng timba bocor milik Am, ia pun pergi bekerja tak kenal lelah. Tak sedikitpun ia mengeluh, walaupun ia harus bolak balik dua kali lebih lama dari kakaknya.

Seorang tetangga pernah bertanya, mengapa Ma tak membeli kaleng timba baru saja. Namun, Ma bilang tak punya uang. Penghasilannya selama ini digunakan sebagai biaya pengobatan ibunya yang sakit keras.

Suatu hari, Am dan Ma berangkat menimba air. Mengirimkannya ke tempat keluarga kaya seperti biasanya. Di tengah jalan, Am bertanya pada Ma, "Mengapa kamu tetap terlihat bahagia padahal kamu harus bekerja keras dengan kaleng yang reyot itu?" Kemudian Ma menjawab dengan senyum dan suara lembut, "Tak apa kakak, aku senang kok. Kaleng ini sangat berharga bagiku, ia banyak membantuku. Dan aku yakin, sebentar lagi ia akan membawa keberuntungan besar," jawab Ma. Sang kakak heran, mengapa adiknya itu begitu bodoh dan mau melakukan hal yang tak masuk akal, ia juga sebal terhadap senyum Ma yang selalu terlihat tak ada beban itu. "Bagaimana bisa kau bilang kaleng rusak itu membawa keberuntungan, kalau aku jadi kamu, sudah kutendang kaleng itu jauh-jauh dan kubuang!" kata Am. Kali ini, Ma berhenti sejenak, "Coba lihat di sekelilingmu, Kak. Apa yang kau lihat?"

Am berhenti dan menikmati pemandangan indah bunga-bunga di sepanjang jalan. Air yang selama ini menetes dari kaleng timba bocor milik Ma lah yang telah menyirami semua bunga itu hingga tumbuh subur dan indah. Esok hari, Ma akan memanen bunga itu dan menjualnya ke kota. "Bukankah aku sangat beruntung, Kak..." kata Ma.

RENUNGAN:

Ingatlah, tidak semua kekurangan itu buruk. Bisa jadi kekurangan yang Anda miliki adalah sebuah kelebihan yang masih terbungkus rapi dan belum Anda buka...

KISAH ANAK INDIGO BERNAMA SAM

Written By Regina Kim on Selasa, 22 Juli 2014 | 04.29


Sam, salah seorang sahabat baikku saat berkuliah di Perth, Australia mengikuti program pertukaran pelajar selama 3 bulan. Nama lengkapnya Samuel Fernandez, ayahnya orang Spanyol dan ibunya orang Australia. Sam ramah kepada siapa saja dan dia juga punya banyak teman.

Pertama kali kami bertemu ketika dia menawarka...n bantuannya saat aku tersesat di Universitas tersebut. Karena ternyata mengambil kelas yang sama, kami jadi cepat akrab.
Ada rahasia yang ia ceritakan padaku setelah berteman dengannya selama 1 bulan. Ia seorang anak Indigo. Selama ini, ia menyimpan rahasia itu karena tak ingin orang-orang menganggapnya “freak”. Tetapi setelah kuceritakan kisah yang kualami 8 tahun lalu, ia mulai terbuka tentang kekuatannya.

Sejak ia dapat mengingat, Sam sudah bisa melihat makhluk gaib. Hal pertama yang ia ingat adalah kakeknya. Sang kakek telah meninggal puluhan tahun sebelum Sam lahir. Tetapi, Sam kecil mengira kakeknya masih hidup dan selalu bermain dengannya ketika Sam tinggal sendirian di rumah sementara kedua orang tuanya pergi berkerja.

“Kakekku orang yang ramah dan baik. Ia menceritakan banyak kisah zaman perang dunia ketika ia masih menjadi seorang tentara. Kakek selalu melindungiku dari makhluk-makhluk mengerikan. Pernah terjadi ketika seseorang dengan muka hancur dan otak terburai berusaha menyerangku. Kakek menghalaunya dan menembak orang tersebut dengan senapan miliknya yang selalu ia bawa.” Itu adalah salah satu kisah yang diceritakan Sam padaku.
Pertama kali ia mengetahui bahwa kakeknya ternyata telah meninggal adalah ketika ibunya membawa Sam ke kuburan sang kakek. fp beranda mistery. Sejak saat itu, sang kakek yang baik hati tidak pernah menampakkan dirinya lagi di depan Sam.

Hal yang paling membuat dirinya bersyukur memiliki kekuatan itu adalah kejadian saat umurnya masih 12 tahun. Saat itu, ia dalam perjalanan pulang ke rumah sehabis latihan sepak bola. Sam menunggu bus yang menuju ke arah rumahnya seperti biasa. Akhirnya, sebuah Bus datang dan Sam menaiki bus tersebut.
Tetapi, dirinya sungguh terkejut. Hampir semua orang yang ada di dalam Bus tersebut menderita luka bakar dan ada beberapa yang bahkan sudah tidak bisa dikenali. ‘Apakah semua orang ini adalah hantu?’ pikirnya. Karena perasaannya tidak enak, Sam membatalkan niatnya menaiki bus itu dan menunggu bus lainnya.
Tidak berapa lama, terdengar suara ledakan dari arah bus tersebut melaju pergi. Ternyata, bus yang rencananya akan ditumpangi Sam, menabrak mobil pembawa bensin dan meledak. Hanya 2 orang yang selamat dari kecelakaan tersebut. Keduanya mengalami luka bakar berat dan cacat selamanya.

Itu adalah kemampuan unik Sam. Ia dapat melihat bagaimana kondisi seseorang yang sebentar lagi akan mati. Kemampuannya itu membuatnya bersyukur selamat dari maut sekaligus membuat hatinya sakit karena tidak bisa menolong orang-orang yang telah mendekati ajalnya.

Hari itu adalah hari terdingin pada bulan Desember. Sam dan kedua temannya berencana untuk bermain Ski. Ketika bersiap untuk meluncur dari puncak lembah tertinggi, Sam melihat leher salah satu temannya patah. Belum sempat ia berteriak memperingatinya, temannya meluncur dengan cepat dan kepalanya menghantam batu yang tersembunyi di tumpukan salju dengan keras. Seperti yang Sam lihat sebelumnya, temannya meninggal dengan leher yang patah.

Entah sudah berapa kali ia berusaha memperingati orang-orang yang sudah mendekati ajal mereka. Namun tidak ada satupun yang selamat. Kejadian ia melihat kondisi kematian orang-orang tersebut dengan kejadiannya yang sebenatnya berlangsung begitu cepat. Kekuatan itu hanya bisa ia gunakan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Terkadang ia memohon agar kekuatannya tersebut itu dihapus. Tetapi, dirinya masih hidup hingga sekarang pun berkat kemampuannya itu.

Setelah berteman dengannya beberapa bulan terakhir ini, aku menyadari bahwa senyuman dan sikap Sam hanyalah sebuah topeng. Topeng untuk menyembunyikan hatinya yang rapuh dan terluka. Terkadang, aku melihat Sam duduk menyendiri, termenung dengan kesedihan yang begitu terpancar dari matanya.
Sam, temanku. Seorang anak indigo yang tersiksa akibat kelebihannya. Hatiku masih merasakan sakit mengingat senyum pilunya.

Kini Sam telah tiada. Tidak berapa lama ketika aku pulang ke Indonesia, aku mendengar berita bahwa Sam meninggal dalam kecelakaan Bus. Entah mengapa, aku kembali teringat dengan pengalaman Sam saat umurnya 12 tahun. Mungkin Sam sudah tidak ingin lagi lari dari kematian. Mungkin Sam memang sudah ditakdirkan mati 6 tahun yang lalu. Dengan mencurangi kematian, ia berhasil bertahan hidup hingga ia menjadi lelah dengan kematian yang terus mengejar dirinya.

Hingga saat ini, aku tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Sam yang memilih kematian. Hanya saja, aku memiliki firasat bahwa ia memang sudah lelah dengan dunia ini. Kata-kata terakhirnya padaku saat mengantarkanku pulang di Bandara masih kuingat hingga saat ini.

“Maybe this is our last meeting. But, I beg you, do not forget about me.”
“Mungkin ini pertemuan kita yang terakhir kalinya. Tapi, kumohon padamu, jangan lupakan aku.”

RENUNGAN:
Hargailah semua temanMu biarpun dia mempunyai kelebihan atau kejanggalan dalam dirinya, apalagi peringatan yang ia berikan ada baiknya kita dengarkan dan laksanakan yang untuk kebaikan kita juga.

KISAH SIKAP KITA ADALAH PENENTU SEGALANYA


Adalah sebuah cerita tentang Josh, seseorang yang berkepribadian menyenangkan. Tidak ada orang yang tidak senang berada di dekatnya dan berbicara dengan dia. Moodnya selalu baik dan setiap kata-katanya selalu positif. Dari dialah setiap orang merasakan pentingnya melihat segala sesuatu dari sisi lain sebelum memutuskan sesuatu.

Mungkin Anda sering mendapati orang yang begitu ceria dan disenangi teman-temannya, tapi ketika tidak bersama orang yang dikenalnya atau saat berada di tempat asing, dia bisa menjadi sosok acuh. Namun tidak demikian dengan Josh, setiap sikapnya selalu positif dan ramah sehingga dia jauh dari masalah. Oleh karena itu, semua orang yang mengenal Josh sangat terkejut ketika mengetahui dia mengalami perampokan dengan luka tembak yang cukup mengerikan. Syukurlah Josh masih sempat dilarikan di rumah sakit.

Ketika operasi telah dilakukan dan Josh sudah dalam tahap pemulihan, teman-temannya menjenguk di ranjang rumah sakitnya. Beberapa orang menanyakan apa yang dirasakannya saat peluru itu bersarang di tubuh Josh dan saat-saat hidupnya bisa berakhir saat itu juga. Josh pun menceritakan dengan senang hati pengalaman buruknya ini, dengan riang.

Awalnya Josh merasa optimis, atau tepatnya meyakinkan dirinya sendiri dengan keras, bahwa dia akan tetap hidup dan luka ini bukan apa-apa. Namun ketika sampai di rumah sakit di mana para perawat dan dokter mengerubutinya, dia bisa mendengar ketegangan di suara dan wajah mereka. Ketakutan mulai menyerang rasa optimis Josh. Untung saja ketika perawat menanyakan apakah dia alergi sesuatu, Josh masih ingat untuk berdiam sejenak dan membuat pilihan, seperti yang biasa dia lakukan. Kemudian dia menjawab 'Ya', dan membiarkan para ahli medis yang menanganinya berhenti sejenak untuk mendengarkan apa alergi yang dimiliki Josh.

Secepat kilat Josh memutuskan untuk mencairkan ketegangan ini, maka dia pun menyahut "saya alergi bullet peluru itu!" dengan ekspresi menyenangkan yang masih bisa dia berikan. Meledaklah tawa di ruang medis itu, kemudian Josh melanjutkan, "saya alergi itu, maka cepatlah operasi dan ambil bullet itu karena saya masih ingin hidup". Bisakah Anda membayangkan jika Josh memilih untuk bersikap apatis atau malah sarkastis pada tim medis itu, mungkin operasinya akan mengalami kegagalan karena ketegangan saat operasi.

RENUNGAN :
Anda boleh tidak percaya, tapi begitulah adanya. Apa yang terjadi dalam hidup Anda sangat ditentukan oleh sikap Anda. Tepatnya adalah sikap yang Anda pilih.

Hidup adalah pilihan, tentu kita semua sudah tahu dengan kata-kata ini. Namun mungkin Anda tidak menyadari bahwa sampai bagian terkecil dari hidup, sebenarnya Anda bisa memilih. Bagian terkecil itu adalah bagaimana Anda bereaksi terhadap segala hal yang datang pada Anda.

Orang diam-diam ditampar, tentu saja orang itu akan marah. Seseorang menumpahkan air jus ke atas iPad Anda dengan sengaja, sudah selayaknya Anda menuntut ganti rugi pada orang itu dengan menggamparnya, mungkin. Itulah reaksi umum seseorang. Tapi tidak ada yang mengharuskan Anda demikian bukan? Di sinilah reaksi harus dihadapkan pada kesadaran bahwa hidup adalah pilihan!

Coba perhatikan setiap reaksi kecil dalam hidup Anda, tunda dulu seper sekian detik untuk memutuskan sikap apa yang harus diambil. Membuat diri sendiri dan orang lain bahagia adalah pilihan Anda sendiri, so.. jangan biarkan orang lain memilihkannya untuk Anda.

KISAH AIR SUNGAI YANG KOTOR


Suatu kala, seorang pemuda sedang berkelana bersama dengan gurunya ke suatu tempat yang cukup jauh. Perjalanan tersebut membutuhkan waktu berhari-hari. Karena mereka hanya berjalan kaki, mereka harus beristirahat jika sedang lelah atau mencari tempat menginap jika hari sudah menjelang malam.

Suatu hari, di tengah perjalanan, mereka berhenti untuk beristirahat dan melepas lelah. Mereka saat itu sedang berada di sebuah hutan. Sang guru meminta muridnya untuk mencari air minum.

Pemuda itu kemudian pergi. Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya ia berhasil menemukan sebuah sungai yang airnya cukup jernih. Maka ia pun menuju ke sungai tersebut untuk mengambil air minum.

Tapi sayang, ternyata ada beberapa wanita yang sedang mencuci pakaian di sungai tersebut. Tentu saja air sungai tersebut menjadi kotor dan tidak bisa di minum. Dalam hati ia berkata, "Airnya begitu kotor. Bagaimana mungkin saya memberi air ini pada guru?" Pemuda itu pun bergegas kembali menemui gurunya.

Pemuda itu berkata, "Guru, sebenarnya saya sudah menemukan sungai. Sayang, airnya tidak bisa diambil. Ada orang yang mencuci di sana sehingga airnya menjadi kotor."

Gurunya memberitahu pemuda itu, "Oh, begitu ya. Coba tunggu sebentar dan kemudian pergi ke sana lagi."

Tanpa bertanya, pemuda itu menuruti perintah gurunya yang terkenal bijaksana. Setelah beberapa saat, ia kembali ke sungai tersebut. Setelah tiba, ia memang tidak melihat wanita-wanita yang tadi karena mungkin sudah selesai mencuci. Yang ada hanyalah sekumpulan anak-anak yang sedang mandi. Melihat hal ini, ia segera kembali menemui gurunya.

Ia berkata, "Guru. Tadi saya sudah kembali ke sungai itu. Tapi, anak-anak sedang mandi. Sudah pasti airnya tidak bisa diambil untuk minum. Bagaimana baiknya? Apakah kita melanjutkan perjalanan saja dan mencari air di tempat lain?"

Gurunya tersenyum dan menjawab, "Oh, begitu ya. Coba tunggu sebentar dan kemudian pergi ke sana lagi."

Pemuda itu bingung dan bertanya-tanya mengapa gurunya terus memintanya pergi ke sungai itu padahal jelas-jelas ia tidak akan bisa mendapatkan air untuk diminum.

Namun ia turuti juga apa kata gurunya dan setelah beberapa saat, ia kembali ke sungai tersebut.

Sesampainya di sana, ternyata di sungai itu sudah tidak ada orang. Anak-anak sudah selesai mandi. Ia mendekat ke tepi sungai dan melihat air sungai sudah menjadi jernih. Dengan senyum, ia minum air tersebut dan kemudian memasukkan air ke dalam tempat minum.

Pemuda itu segera kembali dan memberitahu gurunya. Ia berkata, "Guru, ternyata setelah saya kembali ke sungai itu, airnya sudah jernih. Jadi, kita bisa mendapat air minum."

Dengan senyum gurunya bertanya, "Airnya menjadi jernih karena air sungai senantiasa mengalir. Airnya mungkin saja kotor, tapi itu hanya sementara. Setelah beberapa saat air akan kembali jernih karena air terus mengalir. Air kotor mengalir jauh dan digantikan air jernih. Semua ini terjadi dengan sendirinya."

Gurunya melanjutkan, "Begitu juga dengan dirimu. Kamu bisa belajar dari air yang mengalir ini. Setiap kali kamu terganggu oleh banyak pikiran yang rumit penuh masalah, biarkan saja mengalir. Sabar dan beri waktu, maka pikiran tersebut akan hilang dan digantikan dengan pikiran yang lebih jernih. Ini akan terjadi dengan sendirinya."

Pemuda itu berkata, "Terima kasih guru telah memberi saya sebuah pelajaran yang amat berharga."

RENUNGAN : .
Sebagai manusia kita selalu tidak terlepas dari berbagai beban dan masalah. Kadang kala masalah yang sedang kita hadapi cukup rumit sehingga membuat pikiran kita seakan-akan mau 'meledak'.

Semakin dipikir, semakin rumit masalah tersebut. Kadang-kadang kita pasti mengalami hal seperti ini. Namun, pikiran yang kusut tidak akan banyak membantu, malah akan semakin memperumit keadaan. Pikiran yang tenang dan jernih akan membuat Anda lebih bijaksana dalam mengambil keputusan maupun solusi atas penyelesaian masalah tersebut.

Ketenangan pikiran tidak sulit diraih jika kita bersedia membiarkan pikiran kita yang sedang kusut untuk pergi menjauh. Relakan pikiran tersebut lenyap. Sama seperti air yang senantiasa mengalir, pikiran kita juga senantiasa mengalir.

Mungkin saat ini, pikiran kita sedang kacau dan tidak bisa berpikir jernih. Beri sedikit waktu untuk menenangkan diri. semua akan mengalir dengan sendirinya. Pikiran yang sedang kacau akan digantikan pikiran yang jernih.

Saat pikiran sudah jernih, mungkin akan timbul ide atau bahkan solusi yang sebelumnya tidak terbayangkan. Dengan munculnya ide atau solusi, masalah kita akan bisa diselesaikan dengan bijaksana.

Ketahuilah juga bahwa masalah selalu datang dan pergi silih berganti layaknya air yang senantiasa mengalir. Hari ini masalah datang, esoknya beres. Esoknya datang masalah baru dan esoknya beres. Semuanya mengalir. Jika pikiran Anda bisa mengalir bebas seperti air, maka seberat apa pun masalah yang muncul, tidak akan berarti apa-apa. Anda sudah tahu masalah akan mengalir jauh digantikan dengan datangnya solusi.

6 QUESTION FOR AWARENESS


Suatu hari seorang Guru berkumpul bersama dengan para muridnya. Guru itu mengajukan 6 pertanyaan pada mereka. Dengan penuh khidmad para muridpun mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh sang guru.

Sang guru mengawali sesi tanya jawab itu dengan sebuah pertanyaan yang cukup membuat mereka antusias. Sang gurupun memulai dengan pertanyaan Pertama
“Anak-anakku taukah kalian Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?”
Murid-muridnya ada yang menjawab…”orang tua”, “guru”, “teman”, dan “kerabatnya”. Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “kematian”. Sebab kematian adalah PASTI adanya. Kita tidak bisa lepas dari kematian ini barang sedetikpun. Karena kedatangnnya bisa terjadi kapanpun dan dimanapun. Namun bukan ketakutan yang harus kita rasakan tapi yang harus menjadi fokus kita adalah bagaimana kita bisa mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi datangnya kematian itu.

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua.
“Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini ?”
Dengan tetap antusia beberapa murid ada yang menjawab…”negara Cina”, “bulan”, “matahari”, dan “bintang-bintang”. Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “masa lalu”. Siapapun kita, bagaimana pun kita, dan betapa kayanya kita, tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu. Sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang. Jadikan masa lalu sebagai guru dan penasehat terbaik yang akan mengajarkan kita tentang hikmah2 kehidupan. Sehinggan kita tidak akan pernah mengulang kesalahan yang terjadi di masa lalu. Dan kita juga tidak perlu meratapi kesedihan yang terjadi pada masa lalu. Karena meratapi apa yang sudah terjadi tidak akan memperbaiki kondisi karena bagaimanapun yang sudah terjadi biarlah terjadi yang akan menjadi sejarah yang penuh dengan hikmah. Bekerja keraslah merangkai hidup yang penuh makna sebagai ladang amalan untuk hidup yang kekal nantinya.

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga.
“Apa yang paling besar di dunia ini ?”
Murid-muridnya ada yang menjawab…”gunung”, “bumi”, dan “matahari”. Semua jawaban itu benar kata Sang Guru. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu”. Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya. Banyak manusia yang masuk ke lembah kenistaan karena tidak mampu menjadi pengendali hawa nafsunya buruknya. Segala cara dihalalkan, semua jalan dilegalkan untuk memuaskan kehausan syahwatnya. Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini,karena saat kita sudah ditunggangi oleh hawa nafsu ini maka tidak hanya sengsara di dunia tapi kita juga akan menderita di akhirat.Smoga kita dikumpulkan kedalam golongan hamba-hamba yang pandai mengendalikan hawa nafsu ini. Amin

Pertanyaan keempat adalah:
“Apa yang paling berat di dunia ini ?”
Di antara muridnya ada yang menjawab…”baja”, “besi”, dan “gajah”. “Semua jawaban hampir benar”, kata Sang Guru, tapi yang paling berat adalah “memegang amanah”. Jadi saat lihat sekarang ini begitu banyak manusia yang mengejar jabatan, sebenanya mereka sama saja dengan sedang mengejar amanah yang sangat besar dan pastinya akan dimintai pertanggungjawaban nantinya di akherat.

Pertanyaan yang kelima adalah:
“Apa yang paling ringan di dunia ini ?”
Ada yang menjawab “kapas”, “angin”, “debu”, dan “daun-daunan”. “Semua itu benar…”, kata Sang Guru, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “meninggalkan ibadah”.

Lalu pertanyaan keenam adalah:
“Apakah yang paling tajam di dunia ini ?”
Murid-muridnya menjawab dengan serentak… “PEDANG…!! !”. “(hampir) Benar…”, kata Sang Guru , tetapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Jadi mulai sekarang kita harus berusaha sekuat hati kita untuk menghindari dari berkata yang sia-sia apalagi yang bisa menyakiti saudara kita. BERKATA BAIK ATAU DIAM.

RENUNGAN :
Mari kita merenung sejenak..Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN…?
Sudahkah kita senantiasa belajar dari MASA LALU…?
dan tidak memperturutkan NAFSU ?
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH sekecil apapun…
dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita ?
Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Sebelum nafas masih berhembus mari kita manfaatkan kesempatan yang Tuhan beri ini untuk melakukan yang terbaik. Smoga kita tidak tertipu oleh fatamorgana dunia yang melenakan. Amin

KISAH ANAK PENGEMIS BUTA

Written By Regina Kim on Rabu, 16 Juli 2014 | 21.14


Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket. Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.” Ada Seorang pria dewasa yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria kaya itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.

Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria dewasa itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.

Beberapa waktu kemudian pria dewasa itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”

Pria itu melanjutkan kata kata motivasi nya, “Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.“

3 THINGS IN LIFE (3 HAL DALAM HIDUP)


3 hal dalam hidup yang tak pernah kembali:
1. Waktu
2. Perkataan
3. Kesempatan

WAKTU. Kita tak bisa memutar kembali waktu, tapi kita bisa menciptakan kenangan dengan waktu yang masih kita punya dan memanfaatkan waktu yang ada, walau sebentar, untuk menciptakan kenangan yang berarti. Time is free but it’s priceless, u can’t own it but u can use it. U can’t keep it but u can spend it.

PERKATAAN. Kita tak bisa menarik ucapan kasar yang keluar dari mulut kita atau statement yang telah membuat harga diri kita lebih penting dari pada menariknya kembali dan mengucapkan maaf.
Kita tak bisa menghapus caci maki yang telah kita katakan hingga membuat orang lain marah, terluka atau menangis.Tapi kita bisa membuat apa yang selanjutnya keluar dari mulut kita menjadi lebih banyak pujian dibanding caci maki, lebih banyak syukur dan terima kasih dari pada keluhan atau komplain, dan lebih banyak nasihat positif dari pada sulutan amarah.

KESEMPATAN. Kita tak bisa mendapatkan kembali kesempatan yang sudah kita lewatkan. Tapi kita bisa menciptakan peluang untuk membuat kesempatan-kesempatan lain datang dalam hidup kita dengan lebih memperhatikannya.

3 hal dalam hidup yang tak boleh hilang:
1. Kehormatan
2. Kejujuran
3. Harapan

Jika kita tidak memiliki uang, dan masih memiliki kehormatan, maka bersyukurlah karena kehormatan merupakan salah satu kekayaan yang masih berharga di mata orang lain.
Jika kita telah kehilangan kehormatan dan ingin memulihkannya, maka pergunakanlah kejujuran untuk meraih kehormatan kita kembali karena orang-orang yang jujur adalah orang-orang yang terhormat.
Jika kita telah kehilangan kehormatan karena ketidakjujuran kita, milikilah harapan bahwa suatu saat mereka akan mengerti alasan dibalik semuanya. Milikilah harapan bahwa kita bisa memperbaiki kehormatan meski dengan susah payah. Milikilah harapan bahwa meski banyak orang yang takkan lagi percaya karena kita pernah melakukan hal-hal yang tidak jujur, pada waktunya nanti, mereka akan melihat sendiri upaya kita.
Teruslah bergerak hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah berjaga hingga kelesuan itu lesu menemanimu.
Karena di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

3 hal dalam hidup yang paling berharga:
1. Keluarga
2. Sahabat
3. Cinta

Kekayaan bukan soal berapa banyak uang yang anda miliki.
Kekayaan adalah apa yang masih anda miliki saat anda kehilangan semua uang anda.
Jika anda kehilangan semua uang anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki keluarga.
Jika anda kehilangan semua keluarga anda, ingatlah bahwa anda masih memiliki sahabat.
Jika anda kehilangan semua keluarga anda dan tak ada satu pun sahabat, maka ingatlah bahwa anda masih memiliki cinta untuk mendapatkan mereka kembali, untuk mengenang masa-masa indah bersama mereka dan untuk menciptakan persahabatan yang baru dengan kehangatan kasih yang mampu anda berikan.
If love hurts, then love some more.
If love hurts some more, then love even more.
If love hurts even more, then love till its hurt no more.

KISAH NYATA TENTANG MUJIZAT


Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, USA. Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu. Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.

Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.

Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!
Mami, … aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap.
Mami, … aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.
Mami, … aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta

Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.
Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia dicegat oleh suster didepan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster…. suster tak mau tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!

Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya! Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!.

Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya … lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring “… You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey …” Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.

You never know, dear, How much I love you. Please don’t take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, … terus Michael! teruskan sayang! … bisik ibunya … The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands … dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur … I’ll always love you and make you happy, if you will only stay the same … Sang adik kelihatan begitu tenang … sangat tenang.

Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan … adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai … lalu tertidur lelap.
Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.

Hari berikutnya, satu hari kemudian si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib, dan Karen juga suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang luar biasa, sungguh amat luar biasa! tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.

Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan “How much I love you”.
Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil “Michael” untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi.

RENUNGAN :
Kadang hal-hal yang menentukan … dalam diri orang lain … Datang dari seseorang yang kita anggap lemah … Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan … maka bukalah mata hati kita mana tahu yang datang itu adalah pertolongan dari Tuhan sekalipun datangnya dalam wujud yang lain.

KISAH SANG KESET DAN BUNGA MAWAR


Sebuah keset mengeluh pada temannya yang adalah sekuntum bunga mawar segar. Berikut percakapan mereka:

Keset pun memulai obrolan. "Aku iri padamu, War. Setiap pagi kamu dipetik, diberi air, kadang dicium oleh para wanita cantik karena keharumanmu. Setiap orang mengagumi warna merahmu yang indah. Sedangkan aku? Aku diinjak-injak setiap hari. Tak ada seorang pun yang memandang, apalagi menghargaiku. Mereka hanya menggunakan aku untuk membersihkan alas sepatu mereka yang kotor."

Lalu Bunga Mawar menjawab. "Keset, kamu dan aku memang berbeda. Kamu memiliki fungsimu sendiri, demikian juga dengan aku. Kalau aku dipilih untuk mempercantik dan mengharumkan ruangan, maka para manusia itu memilih kamu untuk tujuan lain."

"Aku tak melihat ada kegunaan baik dari diriku. Lihat saja diriku! Penuh dengan kotoran lumpur dan debu. Aku bosan terus menerus begini." protes Keset.

Bunga Mawar kemudian menghibur Keset. "Siapa bilang kamu tak berguna? Coba sekarang kamu lihat ruangan sekelilingmu! Debu maupun tanah yang biasanya melekat di dasar sepatu orang-orang itu tak sampai mengotori ruangan. Dan semua itu karena siapa? Karena kamu. Karena jasamulah ruangan ini bisa tetap bersih."

Keset pun mulai berpikir. "Ii..iya sih, tapi lihat aku kan yang jadi kotor..."

Bunga Mawar berusaha kembali memberi penjelasan kepada temannya itu. "Keset yang kotor masih bisa dicuci dan dibersihkan lagi. Selain itu, kamu juga selalu ada di ruangan ini sepanjang waktu karena kamu memang dibutuhkan. Lain dengan aku. Aku tidak bisa dicuci. Sekali layu, aku akan dibuang begitu saja. Tidak setiap saat aku bisa berada dalam ruangan ini. Aku hanyalah sebuah hiasan, bukan kebutuhan."

RENUNGAN
Sejak mendengar penjelasan panjang lebar dari si mawar, keset mulai menegakkan kepalanya dan berbangga hati. Meski diinjak-injak setiap hari, namun dia tahu bahwa dia tetap memiliki guna.

Bagaimanakah dengan Anda? Apakah saat ini Anda merasa sedang dipandang remeh oleh orang lain? Apakah keberadaan Anda jauh dari sorotan? Jangan khawatir! Meski tak dipandang, tetap lakukan tugas Anda sebaik-baiknya, sebab akan tiba waktunya, dan Anda pasti mendapatkan upah dari segala jerih lelah. Semangat!

KISAH ABU NAWAS MENGAWAL KOTORAN RAJA.


Demi Tata Krama Kepada Raja Konon di Zaman Raja Harun Al Rasyid dulu tidak ada yang namanya WC, yang ada cuma sungai atau kali untuk buang hajat. Suatu ketika sang raja merasa perutnya sedang sakit, dan sudah tidak bisa lagi untuk diajak kompromi. Seketika itu juga raja meminta para pengawal untuk mendampinginya ke sungai demi menuntaskan hajatnya.

Kebetulan sungai disitu mengalir ke arah selatan. Dan Sudah masyhur di kalangan masyarakat , jika sang raja sedang buag hajat di sungai, maka rakyat dilarang keras berak di sebelah utaranya raja, karena di khawatirkan kotoran tersebut akan mengalir ke arah selatan dan mengenai badan sang raja. Dan kalau ada yang melanggar, maka akan mendapatkan hukuman berat dari sang raja.

Namun kali ini, peraturan tersebut tidak di indahkan oleh sang tokoh kocak Abu Nawas, Abu Nawas dengan santainya juga ikut berak di sebelah utara agak jauh dari posisi sang raja, sehingga sang raja tidak melihatnya. Disaat asyik buang hajat, tiba – tiba saja ada suatu benda yang menyenggol pantat sang raja, tanpa berpikir panjang, benda tersebut langsung dipegang dan dilihat oleh sang raja, alangkah terkejutnya, ternyata benda tersebut adalah kotoran manusia.

kontan saja hal itu membuat sang raja naik pitam. seketika itu juga raja menyuruh para pengawalnya untuk menelusuri sungai di sebelah utara,dan menangkap orang yang berak . Benar saja, di sebelah utara agak jauh dari posisi sang raja, terlihat sosok abu nawas sedang berak dengan santainya. Saat itu juga para pengawal langsung menangkap dan membawanya ke hadapan raja untuk di hukum.

Ketika di hadapkan pada raja, Abu Nawas memprotes pada raja kenapa dia di tangkap dan akan dihukum.
Raja pun menjawab : ”Apakah kamu tidak tahu wahai Abu Nawas, perbuatanmu itu telah melecehkan privasiku, kamu telah menginjak – injak harga diriku, kamu memang tidak punya tata krama !!! bentak sang raja. “Berani – beraninya kamu berak di sebelah utaraku, sehingga kotoranmu mengenai badanku, selama ini tidak pernah seorangpun dari rakyatku berani melakukan perbuatan sepertimu” wahai Abu Nawas” Tambah sang raja dengan nada sangat kesal. “Kini kamu harus menerima hukuman dariku”

“Maaf, tunggu sebentar wahai raja ” sela Abu nawas. “Ada apa? tanya raja, “kali ini tidak ada lagi ampun bagimu Abu nawas” “Tunggu sebentar, tolong beri saya kesempatan untuk menjelaskannya. “Saya melakukan itu semua, karena saya sangat menghormati engkau wahai raja” mendegar hal itu, raja harun Al Rasyid langsung sedikit tertegun dengan apa yang disampaikan oleh abu nawas.

“Lho perbuatan seperti itu , kamu bilang malah untuk menghormati aku???” tanya raja dengan ekspresi agak sedikit keheranan. “Ya benar raja ” jawab abu nawas dengan tegasnya. Rajapun semakin keheranan dan penasaran dengan abu nawas. “Baiklah kali ini aku kasih kamu kesempatan untuk menjelaskan alasannya, jika alasanmu tidak masuk akal maka aku tidak segan – segan untuk memperberat hukumanmu.”

“Baiklah raja, begini alasannya. Raja tahu, selama ini jika raja tengah mengadakan perjalanan dengan rakyat atau bersama pengawal , tidak ada satupun dari rakyat atau pengawal raja yang berani mendahului jalannya raja, begitu juga dengan saya, ketika saya ikut rombongan raja , posisi saya ketika berjalan tidak berani mendahului raja, itu saya lakuakan karena saya menjaga tata krama dan sopan santun kepada raja”

“Ya bagus, lha terus apa hubungannya dengan perbuatanmu yang sekarang ini??” tanya raja dengan nada semakin penasaran dengan akal cerdik abu nawas. “Begini raja, saya menghormati engkau tidak setengah – setengah, melainkan saya menghormati engkau dengan sepenuh hati . Ketika saya buang hajat , saya memilih di sebelah utara raja, dan sama sekali , saya tidak berani berak berada di sebelah selatan raja. Hal ini saya lakukan karena saya kuatir, jika saya berak di sebelah selatan raja, maka nanti kotoran saya berlaku tidak sopan kepada kotoran raja, karena sudah berani berjalan mendahuli kotoran raja.

sehingga saya memilih berak di sebelah utara, agar supaya kotoran saya tidak sampai mendahului kotoran raja. Ini semua saya lakuakan tidak lain, hanya demi Tata krama saya kepada kotoran raja. Terus terang wahai baginda, kotoran saya tidak berani mendahului kotoran raja, karena hal itu merupakan perbuatan su’ul adab. Ketika raja berjalan, saya tidak berani mendahului jalan raja, begitu juga ketika kotoran raja mengalir, maka kotoran saya pun tidak berani mendahului kotoran raja.

Ini semua saya lakuakn karena Sopan santun dan tata krama saya yang sepenuh hati kepada raja.” “Malah yang seharusnya diberi hukuman bukan saya wahai raja , melainkan rakyat engkau yang tidak punya tata krama, karena mereka berani berak di sebelah selatanmu, sehingga kotoran mereka mendahului kotoranmu. “ Mendengar penjelasan Abu nawas, raja pun tersennyum. dia tidak jadi marah dan menghukum Abu nawas, tetapi oleh sang raja Abu Nawas malah diberi hadiah karena alasannya masuk akal. Sejak kejadian itu, raja pun menginstruksikan kepada rakyatnya untuk berak di sebelah utara sang raja, demi menjaga kesopanan kepada kotoran sang raja.

Khalifah Harun al-Rasyid tertunduk malu
Syahdan, Khalifah Harun al-Rasyid marah besar kepada shahibnya yang karib dan setia, yaitu Abu Nawas. Ia ingin menghukum mati Abu Nawas setelah menerima laporan bahwa Abu Nawas mengeluarkan fatwa: “tidak mau ruku’ dan sujud dalam shalat.” … Lebih-lebih lagi, Harun al-Rasyid mendengar Abu Nawas berkata bahwa, … “khalifah yang suka fitnah!” … Menurut pembantu-pembantunya, Abu Nawas telah layak dipancung karena melanggar syariat Islam dengan menebar fitnah. Khalifah mulai terpancing. Tapi untung, ada seorang pembatunya yang nampaknya biasa-biasa saja (orangnya sangat besahaja) memberi saran, … hendaknya Khalifah melakukan tabayun (konfirmasi) terlebih dahulu kepada Abu Nawas. Tak berapa lama, … Abu Nawas pun dipanggil dan digeret menghadap Khalifah, … Kini, ia menjadi pesakitan. “Hai Abu Nawas, benar kamu berpendapat tidak ruku’ dan sujud dalam salat?” .. tanya Khalifah dengan keras.

Abu Nawas menjawab dengan tenang, “Benar Saudaraku.”
Khalifah kembali bertanya dengan nada suara yang lebih tinggi, “Benar kamu berkata kepada masyarakat bahwa aku, Harun al-Rasyid adalah seorang khalifah yang suka fitnah?”
Abu Nawas menjawab, … “Benar Saudaraku.”

Khalifah berteriak dengan suara yang menggelegar, “Kamu memang pantas dihukum mati, karena melanggar syariat Islam dan menerbarkan fitnah tentang khalifah!”
Abu Nawas tersenyum seraya berkata, … “Saudaraku, memang aku tidak menolak bahwa aku telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya, kabar yang sampai padamu tidak lengkap, … kata-kataku diplintir, … dijagal, … seolah-olah aku berkata salah.”

Khalifah berkata dengan ketus, … “Apa maksudmu, jangan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan kabar itu benar adanya!”
Abu Nawas beranjak dari duduknya, dan menjelaskan dengan tenang, … “Saudaraku, aku memang berkata ruku’ dan sujud tidak perlu dalam shalat, tapi dalam shalat apa? … Waktu itu, aku menjelaskan tata-cara shalat jenazah yang memang tidak perlu ruku’ dan sujud.”
… “Bagaimana soal aku yang suka fitnah?”, … tanya Khalifah.

Abu Nawas menjawab dengan senyuman, … “Kala itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 surat al-Anfal, yang berbunyi “ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah fitnah (ujian) bagimu.” Sebagai khalifah dan seorang ayah, kamu sangat menyukai kekayaan dan anak-anakmu, berarti kamu suka “fitnah” (ujian) itu.” … Mendengar penjelasan Abu Nawas yang juga kritikan, Khalifah Harun al-Rasyid tertunduk malu, menyesal dan sadar.

Rupa-rupanya kedekatan Abu Nawas dengan khalifah Harun al-Rasyid menyulut rasa iri dan dengki di antara pembatu-pembatu khalifah lainnya. Kedekatan hubungan ini nampak ketika Abu Nawas memanggil Khalifah Harun al-Rasyid dengan kata “ya akhi” (saudaraku). Hubungan di antara mereka bukan lagi seperti hubungan antara tuan dan hamba. Pembantu-pembantu khalifah yang hasud ingin memisahkan hubungan akrab tersebut dengan memutar-balikkan berita.

Perjalanan Abu Nawas dalam Pencarian Allah
Abu Nawas memang sudah terganggu akal fikirannya. Banyak persoalan mengenai mengenal diri masih belum terjawab. Makin banyak dia berusaha makin banyak lagi persoalan yang timbul. Sahabat handai sudah mula berkata-kata yang Abu Nawas kurang siuman.

Namun begitu Abu Nawas tidak mengindahkan mereka. Yang penting dia akan sampai ke matlamatnya yaitu mengenal diri dan Tuhannya. Kini Abu Nawas terus berusaha dan cuba menempatkan dirinya sebagai fakir iaitu orang yang berjalan mencari Tuhan.

Setiap hari dia berbaju putih dari kain yang agak kasar. Mengikat kepala dengan serban putih, berseluar putih dan bahkan segala-galanya putih. Kemana-mana dia berjalan kaki. Dia tahan tidak makan kerana dia beranggapan apabila kurang makan maka dia kan dapat mengawal nafsunya. Nafsu perlu dikawal untuk perjalanan bertemu Tuhan katanya. Setiap orang yang dijumpainya diajaknya senyum. Tingkah lakunya tidak ubah seperti cerita sufi di zaman Andalusia.

“Saya mesti bersih kerana Allah itu juga bersih. Saya juga mesti didalam keadaan berwuduk, sebab Allah adalah Maha Suci. Dan Allah juga Maha Pengasih, sebab itulah aku melihat orang dengan senyuman”.

Melihat tingkah lakunya yang demikian, maka orang-orang yang tidak mengerti sudah menilai Abu Nawas sebagai seorang sufi. Atau setidak-tidaknya orang berkata bahawa dia seorang ahli tasawwuf. Padahal dia baru bertarekat berjalan sendiri tanpa dibimbing oleh seorang Guru Mursyid atau Syeikh, apalagi tidak merujuk kepada Al Qur’an dan Hadith sebagai pegangan utama. Sudah pasti dia akan sesat jalan. Bahkan fikirannya terganggu seperti orang yang kurang siuman.

Didalam perjalanan ini, ada juga orang yang meminum air tongkat gurunya dan bahkan ada yang menginap tujuh hari tujuh malam di makam guru. Itu pun sudah dilakukan oleh Abu Nawas. Abu Nawas sudah semakin jauh dari tujuan asalnya. Namun begitu, Abu Nawas masih tetap pada pendiriannya bahawa menginap di makam para Wali sebagaimana orang lain melakukannya mungkin ada kebenarannya.

Dengan tiba-tiba dia berteriak, “Memang gila !”. Orang-orang yang berada disekelilingnya terperanjat dan melihat kepadanya. “Apanya yang gila Abu ?” Tanya mereka yang sama-sama menginap di makam wali itu. “Cuba kamu lihat ayat ini”, tunjuk Abu Nawas kepada mereka tentang sepotong ayat dari tafsif Al Qur’an yang dipinjamnya dari penjaga kunci makam tersebut.

“Dan sesungguhnya Kami menciptakan manusia dan kami mengetahui apa-apa yang dibisikkan oleh hatinya. Dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (Qaf, 50:16)

“Jadi kenapa ?”, tanya mereka yang hadir. “Memang kamu semua lembab fikiran ! Kan ayat ini mengatakan bahawa pada setiap umat manusia ada Allah. Pada saya ada Allah, pada kamu juga ada Allah. Bukankah Allah menjadi Maha Banyak. Padahal semua guru mengatakan bahawa Allah itu Maha Esa”.

Mereka semua tercengang dan terdiam. Didalam hati masing-masing mereka berkata betul juga kata orang gila ini. Yang lain-lainnya ada juga berpendapat tidak mungkin Allah itu banyak. Kalau Allah itu banyak, maka Allah akan bergaduh sesama sendiri. Bukankah Nabi Ibrahim pernah bertanya soalan yang sama kepada bapanya. Yang hadir semua berfikir dan ada yang akan bertanya kepada gurunya nanti.

Bagi Abu Nawas bertambah lagi satu penyakit dalam dirinya. Pertanyaan yang tersimpan dan tidak terjawab akan membuatkan seseorang semakin terganggu saraf pemikirannya. Namun begitu yang semakin parah adalah apabila orang awam sudah mula menghormati Abu Nawas sebagai seorang Syeikh. Kata mereka memang orang-orang yang hampir dengan Tuhan tidak boleh difahami dan selalu bersikap eksentrik.

Ketika Abu Nawas asyik termenung memikirkan persoalannya, tiba-tiba dari sebelah kanan datang seseorang berbisik kepada Abu Nawas. “Bermohonlah kepada Allah untuk mendapatkan kemudahan dan bimbingan. Mudah-mudahan nanti seorang Guru akan datang untuk menjawab pertanyaan yang merungsingkan kamu”. Kemudian orang itu terus menghilang.

RENUNGAN:
Ambillah pelajaran yang betul dari perjalanan Abu Nawas ini. Gilaplah cermin diri kita untuk kembali kepada Tuhan.

Salah satu cerita menarik berkenaan dengan Abu Nawas adalah saat menjelang sakaratulmautnya. Konon, sebelum mati ia minta keluarganya mengkafaninya dengan kain bekas yang lusuh. Agar kelak jika Malaikat Munkar dan Nakir datang ke kuburnya, Abu Nawas dapat menolak dan mengatakan. "Tuhan, kedua malaikat itu tidak melihat kain kafan saya yang sudah compang-camping dan lapuk ini. Itu artinya saya penghuni kubur yang sudah lama."

Tentu ini hanyalah sebuah lelucon menurut pandangan orang yang awam tetapi bukanlah sebuah lelucon bagi seorang Wali Allah, dan memang kita selama ini hanya menyelami misteri kehidupan dan perjalanan tohoh sufi yang penuh liku dan sarat hikmah ini dalam lelucon dan tawa

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Creating Website | Kisah Motivasi Hidup | Kisah Motivasi Hidup
Copyright © 2011. Kisah Motivasi Hidup - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Kisah Motivasi Hidup
Proudly powered by Blogger