Home » » KISAH CABAI NASSRUDIN

KISAH CABAI NASSRUDIN

Written By Regina Kim on Kamis, 27 Desember 2012 | 22.12


Nasruddin sedang makan setumpuk cabai rawit, makan satu demi satu, terus menerus, sampai matanya merah dan air matanya membanjir, ingusnya meleler. Itulah yang terjadi ketika kita makan terlalu banyak cabai. Ia masih terus mengunyah cabai itu ketika ada orang datang dan bertanya kepadanya. ” Mengapa kamu makan banyak cabai ?” Nasruddin menjawab, ” Aku mencari cabai yang manis !”

Inilah yang orang lakukan dalam hidup - entah dalam menjalin hubungan, tempat. atau pekerjaan, selalu mencari yang manis. Tentu saja, tidak ada cabai yang manis. Cabai ya cabai. Semua cabai pedas, dan hanya menyia-nyiakan waktu terus makan dan makan, berharap akan menemukan cabai yang manis dalam hidup.

Inilah sesuatu yang harus kita alami sendiri. Jika kita pintar, kita tidak harus terrpukul oleh kehidupan berkali-kali. Ini lebih dari sekadar menyadari duka, namun juga menyadari lawan dari duka, yaitu mengenali kebahagiaan. Jika kita hanya memusatkan perhatian pada duka kehidupan, ini tidak akan menjadi insentif pendorong yang cukup bagi orang untuk melakukan hal-hal yang dibutuhkan guna menemukan pembebasan dari duka.

Jika kita memikirkan mengenai hal itu dan coba mencari cara dan jalan untuk mendapatkan hal-hal yang kita sukai - hanya yang enak dan nikmat, hanya makanan enak, hanya tempat yang kita suka, kita akan menyadari bahwa kita tidak akan pernah bisa mendapatkannya. Mustahil. Kita akan berlari mengitari seluruh dunia selamanya. Ajahn Chah (guru Ajahn Brahm) sering mengatakan bahwa kita mencari kura-kura berkumis. Kura-kura jelas tidak berkumis ! Itulah mengapa sukacita sejati di alam fisik ini tidak akan bisa ditemukan. Ajahn Brahm bicara mengenai sukacita yang ajek, kepuasan yang ajek. Kita hanya bisa mencicipi momen-momen kebahagiaan - yang sekejap.

Demikianlah, kutipan filsafat hidup yang patut kita renungkan. Kita selalu mengejar segala sesuatu yang menyenangkan belaka, padahal, itu hanyalah momen-momen singkat, yang berlalu dalam sekejap. Cabai memang pedas, karena tidak ada cabai yang manis. Kalau manis bukan lagi namanya cabai. Kita selalu mendambakan hidup yang menyenangkan, padahal, hidup ini tidak selalu menyenangkan.
Share this article :

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Creating Website | Kisah Motivasi Hidup | Kisah Motivasi Hidup
Copyright © 2011. Kisah Motivasi Hidup - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Kisah Motivasi Hidup
Proudly powered by Blogger