Kedokteran
Tiongkok mengatakan, "Emosi dapat melukai badan, melukai hati." Dengan
bertoleransi bukan hanya membuat diri kita semakin menarik, juga dapat
membuat badan kita lebih sehat.
Kehidupan
memberikan kita banyak toleransi, kalau tangan terluka bisa sembuh
dengan sendirinya, kalau salah makan bisa muntah keluar, lalu mengapa
kita juga tidak banyak bertoleransi kepada orang lain?
Kalau
dalam kehidupan ini kita bisa menyikapi perselisihan dengan toleransi,
maka tidak peduli siapapun yang bersalah, kita dapat melangkah mundur
dan menjelaskan segalanya dengan tenang juga dengan cara yang
bersahabat.
Seseorang yang paling mendominasi pun akan enggan untuk marah ketika ia menjumpai kata-kata dan perilaku yang penuh belas kasih. Hal ini bahkan dapat menyelesaikan perselisihan yang paling rumit sekalipun.
Seseorang yang paling mendominasi pun akan enggan untuk marah ketika ia menjumpai kata-kata dan perilaku yang penuh belas kasih. Hal ini bahkan dapat menyelesaikan perselisihan yang paling rumit sekalipun.
Hal
ini sering terjadi dalam hubungan antar perseorangan, pihak yang
menderita atau yang dilecehkan akan mengambil sikap, "Anda membuat saya
menderita, maka saya akan membuat Anda lebih menderita lagi."
Tetapi
ini hanya akan meningkatkan permasalahan menjadi besar, karena
keburukan dibalas dengan lebih buruk, sesuatu yang tidak dapat
memecahkan pokok permasalahan. Ada seorang anak perempuan yang sering
memiliki emosi yang meledak-ledak, bahkan anak laki-laki di sekolah
juga takut pada dirinya, tetapi kemudian teman sekolah mendapatkan dia
telah berubah.
Dulu,
jika ia menghadapi sesuatu masalah bisa membuat emosinya
meledak-ledak, sekarang malah tidak ada reaksinya. Dia tiba-tiba tidak
memaki orang lagi, teman sekolah yang sering dimaki olehnya, semua
merasa tidak terbiasa, oleh karena hal ini semua orang diam-diam
bertanya-tanya.
Kemudian
guru kelasnya juga melihat perubahan perilakunya, lalu bertanya
padanya alasan yang membuat dia berubah. Setelah menjelaskannya,
gurunya menganggap proses perubahan itu akan sangat bermanfaat untuk
memotivasi teman-temannya, oleh karenanya lalu mendorong dia untuk
berbagi pengalaman dengan teman sekolah di depan kelas.
Di
rumah, setiap hari sayalah yang bertugas membuang sampah. Ada kalanya
saya terlalu pagi membawa sampah keluar rumah, karena mobil sampah
belum sampai, saya malas menunggu, lalu melihat ada orang menaruh
sampah di depan pintu orang lain, saya juga ikut menaruh sampah di
depan pintu orang itu lalu saya tinggal pergi.
Di
rumah yang dititipi sampah tersebut, yang bertanggung-jawab membuang
sampah adalah dua kakak beradik. Adik laki-laki jadi sering membantu
membuangkan sampah orang lain, setelah lama akhirnya tidak tahan juga.
Pada satu hari ia marah besar, "Hai, orang brengsek, berani berbuat
mengapa tidak berani mengakui, kalau berani ayo tampil keluar!"
Mendengar
adiknya berteriak-teriak, sang Kakak lalu keluar menghentikan dia dan
berkata, "Apa yang kau ributkan, orang lain kan bukan sengaja, daripada
untuk marah-marah, waktunya bisa kau pakai untuk buang sampah saja."
Setelah
selesai berbicara, ia lalu mengangkat beberapa kantong sampah berat
untuk dibuang. Waktu itu saya perhatikan dari belakang, Kakak perempuan
itu terlihat penuh kelembutan, rasanya sungguh membuat hati terharu!
"Malam
itu, menjelang waktu tidur, setelah memikirkan kembali kejadian siang
itu, saya merasa betapa diri ini berhati sempit, demi sedikit urusan
kecil sering marah-marah besar, sama seperti adik laki-laki itu. Penampilan
wajahnya mengerikan, kelihatan jelek sekali, sangat menakutkan.
Lagipula, kalau terus-terusan begitu, di kemudian hari bukankah tidak
ada yang mau menikah dengan saya?"
"Maka
saya memutuskan, harus menjadi seperti sang kakak yang penuh
toleransi, dan berhati baik itu. Di atas adalah alasan saya berubah." Setelah dia selesai bercerita, di kelas penuh dengan gemeruh tepuk-tangan.
Posting Komentar