Home » » Karena Punya Niat

Karena Punya Niat

Written By Regina Kim on Minggu, 08 Juli 2012 | 23.29

Dalam kehidupan setiap orang, banyak menjumpai tantangan. Ada sebagian tantangan bisa dilewati dengan mudah, ada yang sangat sulit dilewati.

Mungkin menghabiskan seumur hidupnya juga tidak bisa ditanggulangi atau tidak bisa membebaskan diri dari tantangan itu.

Bagi yang sepasang kaki tidak bisa berjalan, walaupun berjarak sangat dekat serasa jauhnya ribuan kilo. Bagi yang sepasang telinganya kehilangan pendengaran, walaupun suara halilintar menggelegar juga tidak mendengar apa-apa. Bagi yang sepasang matanya buta, walaupun berada di depan mata, juga tidak melihat apa-apa.
Bagi yang cacat tubuhnya, tantangan hidup mereka adalah sebelum tantangan itu hadir mereka sudah memulai. Tantangan yang mereka jumpai dalam kehidupan, beratnya pasti berlipat ganda jika dibandingkan dengan orang normal. Lebih-lebih mereka bukan hanya memikul beban sendiri, masih harus memikul tanggung jawab terhadap orang lain, jika tidak ada niatan yang teguh dan ulet, tidak mungkin bisa melewati kehidupan seperti ini.

Sepasang mata buta tak melihat apa-apa
Dian dalam hati membuat kaki melangkah
Tubuh cacat membuat putus asa
Keteguhan niat hati mendapatkan kehidupan baru.
Pada suatu Minggu sore, ada sebuah panggung pertunjukan kecil. Empat orang penyanyi kuartet, melantunkan lagu dengan saling menyelaraskan nada yang begitu harmonis, sedangkan ketika bernyanyi tunggal, kadang terasa sangat anggun, kadang pula terasa agung, lagu yang sangat indah, membuat orang mau tak mau mendengarkan dengan penuh konsentrasi.

Keempat orang tersebut, mempunyai empat pasang mata, tetapi mereka buta. Diantaranya, ada seorang tenor yang juga sebagai pianis, alat musik pengiring utama.

Mungkin karena mereka buta, sehingga dapat berkonsentrasi, karena tidak bisa melihat ekspresi wajah dari para pendengar, tidak bisa mengetahui mimik wajah yang mereka ekspresikan, maka satu-satunya cara adalah mendengar lagu dengan seksama, membuat para pendengar merasakan “suara hati” mereka.

Suara mereka sangat indah, mereka menyanyikan dengan sangat baik, tetapi yang membuat saya sangat terharu bukanlah suara mereka....

Orang buta menggunakan telinga untuk mendengarkan lagu, menggunakan mulut untuk bernyanyi, bisa karena buta membuat indera mereka yang lain lebih peka dan lebih dapat berkonsentrasi daripada orang pada umumnya, maka dalam bidang seni musik mereka bisa mencapai prestasi yang demikian, dalam perasaan tidak ada bedanya dibandingkan dengan orang normal.

Yang membuat saya benar-benar terharu adalah, dalam kuartet itu ada seorang soprano dalam pertunjukannya dia menyanyikan lagu yang menuturkan bahwa dia sudah menikah, sangat sengsara mendidik dan membesarkan anak. Suaminya juga buta. Dia hanya mengatakan “sangat sengsara”, tidak menggambarkan lebih rinci.

Dalam keadaan buta, mau mendidik dan memelihara, bayi kecil yang baru lahir, pasti mengalami kesulitan yang tidak bisa dibayangkan oleh yang normal.

Saya tidak tahu dua orang yang buta, bagaimana mereka memelihara dan mendidik anak-anak mereka? Terbayang dalam benak saya, paling sulit bagaimana memasak dan menyeduh susu. Karena mata tidak bisa melihat api dan uap air, dan kedua benda itu sangat berbahaya sekali. Boleh dikatakan merupakan proses yang sangat rumit sekali. Walaupun mempergunakan alat-alat seperti microwave, kompor listrik dan lain sebagainya, tidak menggunakan LPG untuk pengapian, tetapi karena tidak bisa melihat, terhadap makanan yang harus ditangani memakai api, tidak dapat dihindari sering terkena luka bakar, seperti suatu hal yang tidak bisa dihindari.

Karena tidak bisa melihat anaknya, mereka sangat peka sekali terhadap suara tangisan bayi, mereka bisa mendengarkan dengan tepat, apakah anak itu sudah lapar, popok anak itu basah atau anak itu sedang sakit, mereka segera bisa memberikan reaksi yang sangat tepat.

Pikiran dan tenaga yang dicurahkan untuk menjaga anak mereka adalah beberapa kali lipat jika dibandingkan dengan orang normal, yang membuat orang terharu adalah hati mereka yang tidak takut dengan kesengsaraan. Dan semua ini hanyalah tantangan hidup sehari-hari yang berada dalam rumah.Keluar dari rumah, mereka akan menghadapi tantangan yang lebih sulit lagi, karena yang berkompetisi dengan mereka bukanlah orang-orang yang tidak bisa melihat. Jika tidak ada usaha yang lebih keras lagi, tidak ada pengorbanan yang berlipat ganda, mereka sama sekali tidak mempunyai ke-sempatan untuk berdikari.

Sore hari ini, seusai mendengarkan lagu yang indah, dan setelah mendengarkan kesengsaraan dalam hidup seorang tuna netra, saya telah mempelajari satu hal, walaupun dalam kehidupan ini acapkali ada air mata, menderita karena terluka, namun asalkan memiliki suatu keteguhan hati untuk menghadapi tantangan, maka dalam kegelapan akan muncul cahaya terang yang gemilang, dalam kekecewaan akan timbul kegembiraan berlimpah-limpah yang mengenal kepuasan, dalam kehidupan yang berliku-liku ini akan penuh dengan syukur dan pujian.
Share this article :

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Creating Website | Kisah Motivasi Hidup | Kisah Motivasi Hidup
Copyright © 2011. Kisah Motivasi Hidup - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Kisah Motivasi Hidup
Proudly powered by Blogger