Seorang arsitek memesan lembaran cermin besar untuk ia pasang pada dinding istana kerajaan Teheran, Iran.
Hanya sayang, pesanan itu datang didapati bahwa cermin itu sudah pecah dan hancur, mungkin karena perjalanan yang cukup jauh.
Sang kontraktor mengusulkan untuk membuangnya dan memesan kembali.
Herannya, sang arsitek justru meminta kepingan cermin itu dikumpulkan lalu dihancurkan lagi menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil lalu mulai disusunlah satu persatu.
Di tangan arsitek itu, pecahan-pecahan cermin kecil itu menjadi karya mosaik yang terindah di dunia.
Dihancurkan untuk menjadi lebih indah!
Kira-kira seperti itulah pujian raja Teheran kepada sang arsitek.
Sebuah keputusan yang tidak masuk akal dilakukan sang arsitek, namun hasil yang ia dapatkan membuat dunia mengagumi karyanya.
Bagi kita, hidup adalah suatu tantangan yang harus dihadapi.
Ada kalanya kita terjatuh, terpuruk, bahkan lembaran hidup dan jati diri kita terkadang hancur berkeping-keping.
Tentu ini membuat hidup terasa semakin berat.
Rasa putus asa seakan menjadi teman akrab yang selalu berkunjung seiring masalah hadir. Lalu dimanakah Tuhan saat kita sedang hancur berkeping-keping?
Kita juga kadang-kadang meragukan keberadaan Tuhan ketika harus bergumul dengan masalah.
Apalagi ketika kegagalan terjadi.
Apalagi ketika hal yang buruk terjadi dan meninggalkan trauma tersendiri.
Pengkhianatan. Luka hati yang semakin mengoyak. Itu tak jauh beda dengan cermin yang hancur berkeping-keping.
Namun bersyukur karena Tuhan adalah arsitek yang luar biasa.
Ia mengambil kepingan demi kepingan hidup kita.
Dari yang tak berarti dibuatnya menjadi berarti.
Dari yang rusak menjadi sesuatu yang indah.
Luka hati disembuhkan.
Bayang-bayang masa lalu yang menakutkan diganti menjadi masa depan yang penuh harapan.
Pemulihan terjadi.
Karya indah terjadi di dalam hidup kita. Semuanya itu dikerjakan oleh Tuhan, Sang Arsitek kehidupan!
Di tangan Sang Arsitek Kehidupan, hidup yang hancur berkeping-keping bisa diubah menjadi karya yang indah
Hanya sayang, pesanan itu datang didapati bahwa cermin itu sudah pecah dan hancur, mungkin karena perjalanan yang cukup jauh.
Sang kontraktor mengusulkan untuk membuangnya dan memesan kembali.
Herannya, sang arsitek justru meminta kepingan cermin itu dikumpulkan lalu dihancurkan lagi menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil lalu mulai disusunlah satu persatu.
Di tangan arsitek itu, pecahan-pecahan cermin kecil itu menjadi karya mosaik yang terindah di dunia.
Dihancurkan untuk menjadi lebih indah!
Kira-kira seperti itulah pujian raja Teheran kepada sang arsitek.
Sebuah keputusan yang tidak masuk akal dilakukan sang arsitek, namun hasil yang ia dapatkan membuat dunia mengagumi karyanya.
Bagi kita, hidup adalah suatu tantangan yang harus dihadapi.
Ada kalanya kita terjatuh, terpuruk, bahkan lembaran hidup dan jati diri kita terkadang hancur berkeping-keping.
Tentu ini membuat hidup terasa semakin berat.
Rasa putus asa seakan menjadi teman akrab yang selalu berkunjung seiring masalah hadir. Lalu dimanakah Tuhan saat kita sedang hancur berkeping-keping?
Kita juga kadang-kadang meragukan keberadaan Tuhan ketika harus bergumul dengan masalah.
Apalagi ketika kegagalan terjadi.
Apalagi ketika hal yang buruk terjadi dan meninggalkan trauma tersendiri.
Pengkhianatan. Luka hati yang semakin mengoyak. Itu tak jauh beda dengan cermin yang hancur berkeping-keping.
Namun bersyukur karena Tuhan adalah arsitek yang luar biasa.
Ia mengambil kepingan demi kepingan hidup kita.
Dari yang tak berarti dibuatnya menjadi berarti.
Dari yang rusak menjadi sesuatu yang indah.
Luka hati disembuhkan.
Bayang-bayang masa lalu yang menakutkan diganti menjadi masa depan yang penuh harapan.
Pemulihan terjadi.
Karya indah terjadi di dalam hidup kita. Semuanya itu dikerjakan oleh Tuhan, Sang Arsitek kehidupan!
Di tangan Sang Arsitek Kehidupan, hidup yang hancur berkeping-keping bisa diubah menjadi karya yang indah
Posting Komentar