Latest Post
01.18
Sang Istri berkata:
“Master, kami sudah lama menikah, anakpun sudah besar-besar, tetapi rumah tangga kami selalu dirundung masalah, keributan dan ketidakcocokan selalu terjadi setiap hari, Saya sebagai istri ingin bercerai dengan suami saya, dan hendak mencari pasangan hidup yang baru, mohon pencerahan dari Master.”
Sang Suami tidak mau kalah berkata:
“Master yang bijaksana, bagaimana saya tidak sabar, setiap hari perlakuan istri saya berkata kasar, tidak peduli dengan keadaan saya sebagai kepala keluarga, saya dengan tulus mencari nafkah demi semua keperluan rumah tangga dan anak-anak tercinta, saya selalu setia walau berat dengan setiap hari karena tuntutan istri yang selalu dirundung kekurangan dan kekurangan untuk biaya hidup, saya juga ingin bercerai, bagaimana pendapat Master?”
Master Zen berkata:
”Apapun keputusan yang kalian ambil, SEMUA HANYA AKAN MENJADI PENYESALAN, Silakan pulang dan Hidup Bahagia”
Mereka tidak puas, dan berkata: ”Mengapa demikian?”
Master Zen pun berkata:
”Bila saya menyetujui kalian bercerai, maka kamu sebagai isteri, akan menderita, setiap saat bermandikan air mata PENYESALAN, selama ini telah hidup bersama dengan suka duka, membesarkan anak dengan susah payah, karena hal-hal NEGATIF yang selalu terlihat melupakan hal yang POSITIF dari suamimu kemudian bercerai dan harus menghadapi segala persoalan sendiri, mengerjakan semua sendiri, kamu akan selalu menyalahkan diri sendiri.
Kamu selalu akan berpikir tentang semua kekuranganmu dan akan MENYESALI perceraian ini, mengapa dahulu tidak mau berubah, mengapa tidak lebih sabar menghadapi istri dan memaafkan semua kesalahannya, mengapa tidak mencoba memperbaiki hubungan ini dan memberikan perhatian yang lebih kepadanya.”
”Kamu sebagai istri, mungkin akan memperoleh kebahagiaan yang baru dengan pilihanmu sendiri, selama belum terjadi masalah baru, maka semua akan terlihat baik-baik saja, benarkah?
Semua kondisi kehidupan memiliki dua sisi positif dan negatif, begitu muncul persoalan-persoalan dalam hidupmu yang baru, apakah kau tetap bahagia?
Apakah tidak akan muncul PENYESALAN? Mengapa telah mengecewakan orang yang kau telah nikahi dan menemanimu selama ini, meninggalkan anak demi kepuasan sesaat, masalah yang sama akan kembali hadir, dan masalahmu akan menjadi bertambah, kekecewaan dan penyesalahan akan muncul di hari tuamu, melihat sikap benci yang terpancar dari anak-anakmu terhadap kamu, Jadi PENYESALAN pasti akan ada.
”Bila aku mencegah kalian untuk tidak BERCERAI, maka PENYESALAN pun akan ada, karena kalian akan pulang sekarang, dan kemudian hari akan terulang semua hal yang sama, dan kalian akan menyalahkan saya karena tidak mencegah kalian untuk bercerai, Kalian tetap tidak akan puas, karena dalam pikiran kalian hanya ada KATA CERAI, tidak ada kata BERUBAH bahkan kata CINTA pun telah lenyap dari pikiran kalian, dan yang pasti kalian tetap hidup dalam KETIDAKPUASAN, dan tidak ada jalan keluarnya”
”PULANGLAH DENGAN BAHAGIA!”
Kesimpulan :
”Kebanyakan orang TIDAK PUAS dengan apa yang telah DIPILIHNYA”
”Ketika kalian memilih seseorang untuk menjadi pendamping hidup kalian, tentu melewati proses yang tidak mudah, bila semua berjalan baik-baik saja, hidup kalian akan bahagia, tetapi begitu muncul segala macam masalah, maka pikiran yang muncul adalah SEANDAINYA…., SEHARUSNYA…., BILA PADA AWALNYA… semua akan membawa ingatan kalian pada pilihan yang dulu telah tersedia.
Dan kalian akan menyalahkan keadaan, menyalahkan kondisi, menyalahkan diri sendiri. Mengapa memilihnya tidak memilih yang satunya?”
”Sama seperti memilih membeli barang dari tersedianya pilihan, ketika kita mengambil keputusan untuk membelinya, dan kemudian terjadi KETIDAKPUASAN, maka akan segera berpikir seandainya dulu saya memilih yang satunya.”
Padahal bila kita memilih pilihan yang lain itu sendiri, belum tentu juga bahagia, pasti akan kembali terulang hal yang sama, karena pada dasarnya sifat KETIDAKPUASAN itu selalu ada dalam pikiran kita.”
”Yang salah bukan pilihannya, yang salah adalah PIKIRAN dan SIFAT orang yang memilihnya, yang tidak pernah memiliki rasa PUAS dan BERSYUKUR dengan apa yang telah didapatkannya.
Dari pada memilih lagi, lebih baik menjaga apa yang telah ada, merawat yang telah terjalin, dan memperbaiki sesuatu yang perlu diperbaiki.”
”Jadi Pulanglah dengan BAHAGIA, atau Kembalilah bersama-sama membina RUMAH TANGGA YANG BAHAGIA. Saranku CARILAH KEBAHAGIAAN bukan PENDERITAAN.”
Semua kembali pada penilaian masing-masing, kebijaksanaan masing-masing, seorang Master Zen yang hebat sekalipun tidak dapat menentukan kebahagiaan anda, karena anda sendiri yang dapat membuat diri anda BAHAGIA.
Kisah Master Zen tentang Suami Istri yang selalu bertengkar
Written By Regina Kim on Rabu, 15 Januari 2020 | 01.18
Alkisah ada 1 keluarga selalu mengalami keributan dari suami isteri, lalu mencoba datang menghadap kepada Master Zen untuk meminta pencerahan.
Sang Istri berkata:
“Master, kami sudah lama menikah, anakpun sudah besar-besar, tetapi rumah tangga kami selalu dirundung masalah, keributan dan ketidakcocokan selalu terjadi setiap hari, Saya sebagai istri ingin bercerai dengan suami saya, dan hendak mencari pasangan hidup yang baru, mohon pencerahan dari Master.”
Sang Suami tidak mau kalah berkata:
“Master yang bijaksana, bagaimana saya tidak sabar, setiap hari perlakuan istri saya berkata kasar, tidak peduli dengan keadaan saya sebagai kepala keluarga, saya dengan tulus mencari nafkah demi semua keperluan rumah tangga dan anak-anak tercinta, saya selalu setia walau berat dengan setiap hari karena tuntutan istri yang selalu dirundung kekurangan dan kekurangan untuk biaya hidup, saya juga ingin bercerai, bagaimana pendapat Master?”
Master Zen berkata:
”Apapun keputusan yang kalian ambil, SEMUA HANYA AKAN MENJADI PENYESALAN, Silakan pulang dan Hidup Bahagia”
Mereka tidak puas, dan berkata: ”Mengapa demikian?”
Master Zen pun berkata:
”Bila saya menyetujui kalian bercerai, maka kamu sebagai isteri, akan menderita, setiap saat bermandikan air mata PENYESALAN, selama ini telah hidup bersama dengan suka duka, membesarkan anak dengan susah payah, karena hal-hal NEGATIF yang selalu terlihat melupakan hal yang POSITIF dari suamimu kemudian bercerai dan harus menghadapi segala persoalan sendiri, mengerjakan semua sendiri, kamu akan selalu menyalahkan diri sendiri.
Kamu selalu akan berpikir tentang semua kekuranganmu dan akan MENYESALI perceraian ini, mengapa dahulu tidak mau berubah, mengapa tidak lebih sabar menghadapi istri dan memaafkan semua kesalahannya, mengapa tidak mencoba memperbaiki hubungan ini dan memberikan perhatian yang lebih kepadanya.”
”Kamu sebagai istri, mungkin akan memperoleh kebahagiaan yang baru dengan pilihanmu sendiri, selama belum terjadi masalah baru, maka semua akan terlihat baik-baik saja, benarkah?
Semua kondisi kehidupan memiliki dua sisi positif dan negatif, begitu muncul persoalan-persoalan dalam hidupmu yang baru, apakah kau tetap bahagia?
Apakah tidak akan muncul PENYESALAN? Mengapa telah mengecewakan orang yang kau telah nikahi dan menemanimu selama ini, meninggalkan anak demi kepuasan sesaat, masalah yang sama akan kembali hadir, dan masalahmu akan menjadi bertambah, kekecewaan dan penyesalahan akan muncul di hari tuamu, melihat sikap benci yang terpancar dari anak-anakmu terhadap kamu, Jadi PENYESALAN pasti akan ada.
”Bila aku mencegah kalian untuk tidak BERCERAI, maka PENYESALAN pun akan ada, karena kalian akan pulang sekarang, dan kemudian hari akan terulang semua hal yang sama, dan kalian akan menyalahkan saya karena tidak mencegah kalian untuk bercerai, Kalian tetap tidak akan puas, karena dalam pikiran kalian hanya ada KATA CERAI, tidak ada kata BERUBAH bahkan kata CINTA pun telah lenyap dari pikiran kalian, dan yang pasti kalian tetap hidup dalam KETIDAKPUASAN, dan tidak ada jalan keluarnya”
”PULANGLAH DENGAN BAHAGIA!”
Kesimpulan :
”Kebanyakan orang TIDAK PUAS dengan apa yang telah DIPILIHNYA”
”Ketika kalian memilih seseorang untuk menjadi pendamping hidup kalian, tentu melewati proses yang tidak mudah, bila semua berjalan baik-baik saja, hidup kalian akan bahagia, tetapi begitu muncul segala macam masalah, maka pikiran yang muncul adalah SEANDAINYA…., SEHARUSNYA…., BILA PADA AWALNYA… semua akan membawa ingatan kalian pada pilihan yang dulu telah tersedia.
Dan kalian akan menyalahkan keadaan, menyalahkan kondisi, menyalahkan diri sendiri. Mengapa memilihnya tidak memilih yang satunya?”
”Sama seperti memilih membeli barang dari tersedianya pilihan, ketika kita mengambil keputusan untuk membelinya, dan kemudian terjadi KETIDAKPUASAN, maka akan segera berpikir seandainya dulu saya memilih yang satunya.”
Padahal bila kita memilih pilihan yang lain itu sendiri, belum tentu juga bahagia, pasti akan kembali terulang hal yang sama, karena pada dasarnya sifat KETIDAKPUASAN itu selalu ada dalam pikiran kita.”
”Yang salah bukan pilihannya, yang salah adalah PIKIRAN dan SIFAT orang yang memilihnya, yang tidak pernah memiliki rasa PUAS dan BERSYUKUR dengan apa yang telah didapatkannya.
Dari pada memilih lagi, lebih baik menjaga apa yang telah ada, merawat yang telah terjalin, dan memperbaiki sesuatu yang perlu diperbaiki.”
”Jadi Pulanglah dengan BAHAGIA, atau Kembalilah bersama-sama membina RUMAH TANGGA YANG BAHAGIA. Saranku CARILAH KEBAHAGIAAN bukan PENDERITAAN.”
Semua kembali pada penilaian masing-masing, kebijaksanaan masing-masing, seorang Master Zen yang hebat sekalipun tidak dapat menentukan kebahagiaan anda, karena anda sendiri yang dapat membuat diri anda BAHAGIA.
18.13
Seorang putra tidak suka tinggal di rumah, karena ayah ibunya selalu ‘ngomel’; ia tak suka bila ayahnya mengomelinya untuk hal-hal kecil ini..
"Nak, kalau keluar kamar matikan kipas anginnya.
"
“Matikan TV, jangan biarkan hidup tapi tak ada yang menonton
“Simpan pena di tempatnya, yang jatuh ke kolong meja ”
Tiap hari dia harus ta'at pada hal-hal ini sejak kecil, saat bersama keluarga di rumah.
Maka tibalah hari ini, saat dia menerima panggilan untuk wawancara kerja...
“Dalam hati dia berkata: "Begitu mendapat pekerjaan, saya akan sewa rumah sendiri. Tak akan ada lagi omelan ibu ayah," begitu pikirnya.
Ketika hendak pergi untuk interview, ayahnya berpesan:
“Nak, jawablah pertanyaan yang diajukan tanpa ragu-ragu.
Bahkan jika engkau tidak tahu jawabannya, katakan sejujurnya dengan percaya diri.. ” Ayahnya memberinya uang lebih banyak dari ongkos yang dibutuhkan untuk menghadiri wawancara..
Setiba di pusat wawancara, diperhatikannya bahwa tidak ada penjaga keamanan di gerbang. Meskipun pintunya terbuka, gerendelnya menonjol keluar, dan bisa membuat yang lewat pintu itu menabrak atau bajunya tersangkut grendel
Dia geser gerendel ke posisi yang benar, menutup pintu dan
masuk menuju kantor.
Di kedua sisi jalan dia lihat tanaman bunga yang indah. Tapi ada air mengalir dari selang dan tak ada seorang pun disekitar situ. Air meluap ke jalan setapak.
Diangkatnya selang dan diletakkannya di dekat salah satu tanaman dan melanjutkan kembali langkahnya.
Tak ada seorang pun di area resepsionis. Namun, ada petunjuk bahwa wawancara di lantai dua. . Dia perlahan menaiki tangga.
Lampu yang dinyalakan semalam masih menyala, padahal sudah pukul 10 pagi. Peringatan ayahnya terngiang di telinganya: "Mengapa kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan lampu!" Dia merasa agak jengkel oleh pikiran itu, namun dia tetap mencari saklar dan mematikan lampu.
Di lantai atas di aula besar dia lihat banyak calon duduk menunggu giliran.
Melihat banyaknya pelamar, dia bertanya-tanya, apakah masih ada peluang baginya untuk diterima?
Diapun menuju aula dengan sedikit gentar dan menginjak karpet dekat pintu bertuliskan "Selamat Datang" .
Diperhatikannya bahwa karpet itu terbalik. Spontan saja dia betulkan, walau dengan sedikit kesal.
Dilihatnya di beberapa baris di depan banyak yang menunggu giliran, sedangkan barisan belakang kosong,
Terdengar suara kipas angin, Dimatikanya kipas yang tidak dimanfaatkan dan duduk di salah satu kursi yang kosong..
Banyak pria memasuki ruang wawancara dan segera pergi dari pintu lain. Sehingga tak mungkin ada yang bisa menebak apa yang ditanyakan dalam wawancara.
Tibalah gilirannya, Dia masuk dan berdiri di hadapan pewawancara dengan agak gemetar dan pesimis..
Sesampainya di depan meja, pewawancara langsung mengambil sertifikat, dan tanpa bertanya langsung berkata "Kapan Anda bisa mulai bekerja?"
Dia terkejut dan berpikir, "apakah ini pertanyaan jebakan, atau tanda bahwa telah diterima untuk bekerja disitu?"
Dia bingung.
Apa yang Anda pikirkan?" tanya sang boss lalu melanjutkan: "Kami tidak mengajukan pertanyaan kepada siapa pun di sini.
Sebab hanya dengan mengajukan beberapa pertanyaan, kami tak akan dapat menilai siapa pun.
Tes kami adalah untuk menilai sikap orang tersebut..
Kami melakukan tes tertentu berdasarkan sikap para calon..
Kami mengamati setiap orang melalui CCTV, apa saja yg dilakukannya ketika melihat gerendel di pintu, selang air yang mengalir, keset "selamat datang", kipas atau lampu yang tak perlu..
Anda satu-satunya yang melakukan. Itu sebabnya kami memutuskan untuk memilih Anda ”
Hatinya terharu, dia ingat ayahnya..
Dia yg selalu merasa jengkel terhadap disiplin dan omelan ibu ayahnya. Kini dia menyadari bahwa justru omelan dan disiplin yg ditanamkan orangtuanyalah yang membuatnya diterima pada perusahaan yang diinginkannya..
Kekesalan dan kemarahannya pada ayahnya seketika sirna..
....hanya Anda satu-satunya yang melakukan apa yang kami harapkan dari seorang manajer, maka kami putuskan menerima Anda bekerja disini.......
Ayah, ma'afkan anakmu, bisiknya dalam hati penuh rasa haru dan bersyukur.
Dia akan minta maaf kpd ayahnya, dia akan ajak ayahnya melihat tempat kerjanya..
Dia pulang ke rumah dengan bahagia..
Apapun yang orangtua katakan pd anaknya, adalah demi kebaikan anak-anak itu sendiri, untuk menyiapkan masa depan yang baik!
"Batu karang tak akan menjadi patung yang indah bernilai tinggi, jika tak dapat menahan rasa sakit saat pahat bekerja memotongnya".
Untuk menjadi pribadi yang indah, kita perlu menerima dan mematuhi nasehat yang baik.
Kebiasaan baik akan muncul dari perilaku buruk yg dipahat dan dibuang dari diri kita...
Ibu menggendong anak di pinggangnya untuk memeluk, memberi makan dan untuk membuatnya tidur..
Tetapi ayah mengangkat anak dan mendudukkan di pundaknya untuk membuatnya melihat dunia yang tidak bisa dilihat anaknya..
Ayah dan ibu adalah pahlawan
yang kasih sayangnya layaknya guru yang mendampingi anak sepanjang kehidupan..
RENUNGAN :
Perlakukanlah orangtua sebaik-
baiknya, agar jadi contoh dan bimbingan dari generasi ke generasi, yang menerima estafet kehidupan..
*untuk dibagikan ke orangtua dan anak-anak tercinta..
Semoga bermanfaat
Kisah tentang apa yang terjadi di rumah tangga..
Written By Regina Kim on Rabu, 30 Januari 2019 | 18.13
Seorang putra tidak suka tinggal di rumah, karena ayah ibunya selalu ‘ngomel’; ia tak suka bila ayahnya mengomelinya untuk hal-hal kecil ini..
"Nak, kalau keluar kamar matikan kipas anginnya.
"
“Matikan TV, jangan biarkan hidup tapi tak ada yang menonton
“Simpan pena di tempatnya, yang jatuh ke kolong meja ”
Tiap hari dia harus ta'at pada hal-hal ini sejak kecil, saat bersama keluarga di rumah.
Maka tibalah hari ini, saat dia menerima panggilan untuk wawancara kerja...
“Dalam hati dia berkata: "Begitu mendapat pekerjaan, saya akan sewa rumah sendiri. Tak akan ada lagi omelan ibu ayah," begitu pikirnya.
Ketika hendak pergi untuk interview, ayahnya berpesan:
“Nak, jawablah pertanyaan yang diajukan tanpa ragu-ragu.
Bahkan jika engkau tidak tahu jawabannya, katakan sejujurnya dengan percaya diri.. ” Ayahnya memberinya uang lebih banyak dari ongkos yang dibutuhkan untuk menghadiri wawancara..
Setiba di pusat wawancara, diperhatikannya bahwa tidak ada penjaga keamanan di gerbang. Meskipun pintunya terbuka, gerendelnya menonjol keluar, dan bisa membuat yang lewat pintu itu menabrak atau bajunya tersangkut grendel
Dia geser gerendel ke posisi yang benar, menutup pintu dan
masuk menuju kantor.
Di kedua sisi jalan dia lihat tanaman bunga yang indah. Tapi ada air mengalir dari selang dan tak ada seorang pun disekitar situ. Air meluap ke jalan setapak.
Diangkatnya selang dan diletakkannya di dekat salah satu tanaman dan melanjutkan kembali langkahnya.
Tak ada seorang pun di area resepsionis. Namun, ada petunjuk bahwa wawancara di lantai dua. . Dia perlahan menaiki tangga.
Lampu yang dinyalakan semalam masih menyala, padahal sudah pukul 10 pagi. Peringatan ayahnya terngiang di telinganya: "Mengapa kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan lampu!" Dia merasa agak jengkel oleh pikiran itu, namun dia tetap mencari saklar dan mematikan lampu.
Di lantai atas di aula besar dia lihat banyak calon duduk menunggu giliran.
Melihat banyaknya pelamar, dia bertanya-tanya, apakah masih ada peluang baginya untuk diterima?
Diapun menuju aula dengan sedikit gentar dan menginjak karpet dekat pintu bertuliskan "Selamat Datang" .
Diperhatikannya bahwa karpet itu terbalik. Spontan saja dia betulkan, walau dengan sedikit kesal.
Dilihatnya di beberapa baris di depan banyak yang menunggu giliran, sedangkan barisan belakang kosong,
Terdengar suara kipas angin, Dimatikanya kipas yang tidak dimanfaatkan dan duduk di salah satu kursi yang kosong..
Banyak pria memasuki ruang wawancara dan segera pergi dari pintu lain. Sehingga tak mungkin ada yang bisa menebak apa yang ditanyakan dalam wawancara.
Tibalah gilirannya, Dia masuk dan berdiri di hadapan pewawancara dengan agak gemetar dan pesimis..
Sesampainya di depan meja, pewawancara langsung mengambil sertifikat, dan tanpa bertanya langsung berkata "Kapan Anda bisa mulai bekerja?"
Dia terkejut dan berpikir, "apakah ini pertanyaan jebakan, atau tanda bahwa telah diterima untuk bekerja disitu?"
Dia bingung.
Apa yang Anda pikirkan?" tanya sang boss lalu melanjutkan: "Kami tidak mengajukan pertanyaan kepada siapa pun di sini.
Sebab hanya dengan mengajukan beberapa pertanyaan, kami tak akan dapat menilai siapa pun.
Tes kami adalah untuk menilai sikap orang tersebut..
Kami melakukan tes tertentu berdasarkan sikap para calon..
Kami mengamati setiap orang melalui CCTV, apa saja yg dilakukannya ketika melihat gerendel di pintu, selang air yang mengalir, keset "selamat datang", kipas atau lampu yang tak perlu..
Anda satu-satunya yang melakukan. Itu sebabnya kami memutuskan untuk memilih Anda ”
Hatinya terharu, dia ingat ayahnya..
Dia yg selalu merasa jengkel terhadap disiplin dan omelan ibu ayahnya. Kini dia menyadari bahwa justru omelan dan disiplin yg ditanamkan orangtuanyalah yang membuatnya diterima pada perusahaan yang diinginkannya..
Kekesalan dan kemarahannya pada ayahnya seketika sirna..
....hanya Anda satu-satunya yang melakukan apa yang kami harapkan dari seorang manajer, maka kami putuskan menerima Anda bekerja disini.......
Ayah, ma'afkan anakmu, bisiknya dalam hati penuh rasa haru dan bersyukur.
Dia akan minta maaf kpd ayahnya, dia akan ajak ayahnya melihat tempat kerjanya..
Dia pulang ke rumah dengan bahagia..
Apapun yang orangtua katakan pd anaknya, adalah demi kebaikan anak-anak itu sendiri, untuk menyiapkan masa depan yang baik!
"Batu karang tak akan menjadi patung yang indah bernilai tinggi, jika tak dapat menahan rasa sakit saat pahat bekerja memotongnya".
Untuk menjadi pribadi yang indah, kita perlu menerima dan mematuhi nasehat yang baik.
Kebiasaan baik akan muncul dari perilaku buruk yg dipahat dan dibuang dari diri kita...
Ibu menggendong anak di pinggangnya untuk memeluk, memberi makan dan untuk membuatnya tidur..
Tetapi ayah mengangkat anak dan mendudukkan di pundaknya untuk membuatnya melihat dunia yang tidak bisa dilihat anaknya..
Ayah dan ibu adalah pahlawan
yang kasih sayangnya layaknya guru yang mendampingi anak sepanjang kehidupan..
RENUNGAN :
Perlakukanlah orangtua sebaik-
baiknya, agar jadi contoh dan bimbingan dari generasi ke generasi, yang menerima estafet kehidupan..
*untuk dibagikan ke orangtua dan anak-anak tercinta..
Semoga bermanfaat
Label:
Kisah-kisah Sukses
17.22
Ibu saya adalah seorang yg sangat baik, sejak kecil saya melihatnya begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur untuk ayah krn lambung ayah kurang baik.
Setelah itu, masih hrs memasak nasi untuk anak-anak yg sdg dlm masa pertumbuhan..
Setiap sore, ibu selalu menyikat panci supaya tidak ada noda sedikitpun.
Menjelang malam, dgn giat ibu membersihkan rumah agar tidak berdebu.
Ibu adalah seorg wanita yg sangat rajin. Namun, di mata ayah, ibu bukan pasangan yg baik. Tidak hanya sekali ayah menyatakan kesepian dalam perkawinan, tapi saya tdk memahaminya...
Ayah saya adalah seorang laki-laki yg bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu dan saat libur ayah punya wkt unt mengantar kami ke sekolah. Ia seorg ayah yg penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran.
Ayah adalah seorang laki-laki yg baik di mata anak-anak, ia besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibu, ia bukan pasangan yg baik. Kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam.
Saya melihat dan mendengar ketidakberdayaan dlm perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka. Seharusnya mereka layak mendapat perkawinan yg baik. Saya bertanya pada diri sendiri, "Dua orang yang baik mengapa tdk diiringi dgn perkawinan yg bahagia?"
Setelah dewasa, akhirnya saya memasuki perkawinan dan perlahan-lahan saya mengetahui jawaban itu..
Di masa awal perkawinan, saya juga sama spt ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, rajin bekerja dan mengatur rumah dgn sungguh2 berusaha memelihara perkawinan sendiri.
Anehnya, saya tidak merasa bahagia dan suamiku sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin rumah kurang bersih, masakan tidak enak, lalu dgn giat saya membersihkan rumah dan memasak dgn sepenuh hati.
Namun, rasanya, kami berdua tetap tidak bahagia. Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan rumah, suami saya berkata, "temani aku sejenak mendengar alunan musik!" Dengan mimik tidak senang saya berkata, "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yg belum dipel?"
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan Ibu. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul..
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah yg tidak mendapat apa yang dia butuhkan dalam perkawinannya.
Waktu ibu habis untuk membersihkan rumah pdhal yg dibutuhkan ayah adal menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga adalah cara ibu dlm mempertahankan perkawinan. Ia memberi ayah sebuah rumah yg bersih namun ibu jarang menemani ayah. Ia berusaha mencintai ayah dengan caranya.
KESADARAN MEMBUAT SAYA MEMBUAT KEPUTUSAN YG SAMA
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
Saya bertanya pada suamiku, "Apa yang kau butuhkan?"
"Aku membutuhkanmu unt menemaniku.. rumah kotor sedikit tidak apa-apa.." ujar suamiku.
Saya kira dia perlu rumah yg bersih, ada yang memasak, dst.
"Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku."
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara yang diinginkan pasangan kita.
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja. Begitu juga suamiku, dia menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
Puluhan kebutuhan yg panjang dan jelas, misal: Waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk setiap pagi, memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat, dstnya.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yg sulit, misal: dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang dirinya merasa tampak seperti org bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya, kalau tidak saya hanya mendengarkan dgn serius..
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yg sulit dipelajari, namun jauh lebih bermakna dlm pernikahan kami..
Bertanya pada pasangan kita, "Apa yang kau inginkan?" ternyata dpt menghidupkan pernikahan.
Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, MEREKA TERLALU BERSIKERAS MENGGUNAKAN CARA SENDIRI DALAM MENCINTAI PASANGANNYA, BUKAN MENCINTAI PASANGANNYA DENGAN CARA YANG DIINGINKAN PASANGAN KITA.
RENUNGAN:
Kita mungkin sangat lelah melayani pasangan kita, namun dia tidak menghargai.. akhirnya kita kecewa dan hancur.SETIAP ORANG PANTAS DAN LAYAK MEMILIKI SEBUAH PERKAWINAN YANG BAHAGIA, asalkan cara yg kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan oleh pasangan kita! Semoga manfaat..
Lebih baik terlambat menyadari, daripada tidak menyadari sampai akhir.
Mengapa Perkawinan Tidak Bahagia?
Ibu saya adalah seorang yg sangat baik, sejak kecil saya melihatnya begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur untuk ayah krn lambung ayah kurang baik.
Setelah itu, masih hrs memasak nasi untuk anak-anak yg sdg dlm masa pertumbuhan..
Setiap sore, ibu selalu menyikat panci supaya tidak ada noda sedikitpun.
Menjelang malam, dgn giat ibu membersihkan rumah agar tidak berdebu.
Ibu adalah seorg wanita yg sangat rajin. Namun, di mata ayah, ibu bukan pasangan yg baik. Tidak hanya sekali ayah menyatakan kesepian dalam perkawinan, tapi saya tdk memahaminya...
Ayah saya adalah seorang laki-laki yg bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu dan saat libur ayah punya wkt unt mengantar kami ke sekolah. Ia seorg ayah yg penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran.
Ayah adalah seorang laki-laki yg baik di mata anak-anak, ia besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami.
Hanya saja, di mata ibu, ia bukan pasangan yg baik. Kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam diam.
Saya melihat dan mendengar ketidakberdayaan dlm perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka. Seharusnya mereka layak mendapat perkawinan yg baik. Saya bertanya pada diri sendiri, "Dua orang yang baik mengapa tdk diiringi dgn perkawinan yg bahagia?"
Setelah dewasa, akhirnya saya memasuki perkawinan dan perlahan-lahan saya mengetahui jawaban itu..
Di masa awal perkawinan, saya juga sama spt ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, rajin bekerja dan mengatur rumah dgn sungguh2 berusaha memelihara perkawinan sendiri.
Anehnya, saya tidak merasa bahagia dan suamiku sepertinya juga tidak bahagia. Saya merenung, mungkin rumah kurang bersih, masakan tidak enak, lalu dgn giat saya membersihkan rumah dan memasak dgn sepenuh hati.
Namun, rasanya, kami berdua tetap tidak bahagia. Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan rumah, suami saya berkata, "temani aku sejenak mendengar alunan musik!" Dengan mimik tidak senang saya berkata, "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yg belum dipel?"
Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan Ibu. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkwinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul..
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah yg tidak mendapat apa yang dia butuhkan dalam perkawinannya.
Waktu ibu habis untuk membersihkan rumah pdhal yg dibutuhkan ayah adal menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga adalah cara ibu dlm mempertahankan perkawinan. Ia memberi ayah sebuah rumah yg bersih namun ibu jarang menemani ayah. Ia berusaha mencintai ayah dengan caranya.
KESADARAN MEMBUAT SAYA MEMBUAT KEPUTUSAN YG SAMA
Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.
Saya bertanya pada suamiku, "Apa yang kau butuhkan?"
"Aku membutuhkanmu unt menemaniku.. rumah kotor sedikit tidak apa-apa.." ujar suamiku.
Saya kira dia perlu rumah yg bersih, ada yang memasak, dst.
"Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku."
Ternyata sia-sia semua pekerjaan yang saya lakukan, hasilnya benar-benar membuat saya terkejut. Kami meneruskan menikmati kebutuhan masing-masing, dan baru saya sadari ternyata dia juga telah banyak melakukan pekerjaan yang sia-sia, kami memiliki cara masing-masing bagaimana mencintai, namun, bukannya cara yang diinginkan pasangan kita.
Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja. Begitu juga suamiku, dia menderetkan sebuah daftar kebutuhanku.
Puluhan kebutuhan yg panjang dan jelas, misal: Waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk setiap pagi, memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat, dstnya.
Beberapa hal cukup mudah dilaksanakan, tapi ada juga yg sulit, misal: dengarkan aku, jangan memberi komentar. Ini adalah kebutuhan suami. Kalau saya memberinya usul, dia bilang dirinya merasa tampak seperti org bodoh. Menurutku, ini benar-benar masalah gengsi laki-laki.
Saya juga meniru suami tidak memberikan usul, kecuali dia bertanya, kalau tidak saya hanya mendengarkan dgn serius..
Bagi saya ini benar-benar sebuah jalan yg sulit dipelajari, namun jauh lebih bermakna dlm pernikahan kami..
Bertanya pada pasangan kita, "Apa yang kau inginkan?" ternyata dpt menghidupkan pernikahan.
Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, MEREKA TERLALU BERSIKERAS MENGGUNAKAN CARA SENDIRI DALAM MENCINTAI PASANGANNYA, BUKAN MENCINTAI PASANGANNYA DENGAN CARA YANG DIINGINKAN PASANGAN KITA.
RENUNGAN:
Kita mungkin sangat lelah melayani pasangan kita, namun dia tidak menghargai.. akhirnya kita kecewa dan hancur.SETIAP ORANG PANTAS DAN LAYAK MEMILIKI SEBUAH PERKAWINAN YANG BAHAGIA, asalkan cara yg kita pakai itu tepat, menjadi orang yang dibutuhkan oleh pasangan kita! Semoga manfaat..
Lebih baik terlambat menyadari, daripada tidak menyadari sampai akhir.
Label:
Kisah tentang Cinta
20.20
Setiap hari, ada saja orang yang datang bertemu dengannya. Mereka sangat mengharapkan jawaban yang kiranya dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dan hebatnya, rata-rata dari mereka puas akan jawaban yang diberikan. Tidak heran, kepiawaiannya dalam mengatasi masalah membuat namanya begitu tersohor.
Suatu hari, seorang pemuda mendengar pembicaraan orang-orang di sekitar yang bercerita tentang orang tua tersebut. Ia pun menjadi penasaran dan berusaha mencari tahu keberadaannya. Ia juga ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang sedang mengganjal di hatinya dan ia masih belum mendapatkan jawaban. Ia berharap mendapatkan jawaban dari orang tua tersebut.
Setelah berhasil mendapatkan lokasi tempat tinggal orang tua itu, ia bergegas menuju ke sana. Tempat tinggal orang tua tersebut dari luar terlihat sangat luas bagai istana.
Setelah masuk ke dalam rumah, ia akhirnya bertemu dengan orang tua bijaksana tersebut. Ia bertanya, "Apakah Anda orang yang terkenal yang sering dibicarakan orang-orang mampu mengatasi berbagai masalah?"
Orang tua itu menjawab dengan rendah hati, "Ah, orang-orang terlalu melebih-lebihkan. Saya hanya berusaha sebaik mungkin membantu mereka. Ada yang bisa saya bantu, anak muda? Kalau memang memungkinkan, saya akan membantu kamu dengan senang hati."
"Mudah saja. Saya hanya ingin tahu apa rahasia hidup bahagia? Sampai saat ini saya masih belum menemukan jawabannya. Jika Anda mampu memberi jawaban yang memuaskan, saya akan memberi hormat dan dua jempol kepada Anda serta menceritakan kehebatan Anda pada orang-orang," balas pemuda itu.
Orang tua itu berkata, "Saya tidak bisa menjawab sekarang."
Pemuda itu merengut, berkata, "Kenapa? Apakah Anda juga tidak tahu jawabannya?"
"Bukan tidak bisa. Saya ada sedikit urusan mendadak," balas orang tua itu. Setelah berpikir sebentar, ia melanjutkan, "Begini saja, kamu tunggu sebentar."
Orang tua itu pergi ke ruangan lain mengambil sesuatu. Sesaat kemudian, ia kembali dengan membawa sebuah sendok dan sebotol tinta. Sambil menuangkan tinta ke sendok, ia berkata, "Saya ada urusan yang harus diselesaikan. Tidak lama, hanya setengah jam. Selagi menunggu, saya ingin kamu berjalan dan melihat-lihat keindahan rumah dan halaman di luar sambil membawa sendok ini."
"Untuk apa?" tanya pemuda itu dengan penasaran.
"Sudah, jangan banyak tanya. Lakukan saja. Saya akan kembali setengah jam lagi," kata orang tua itu seraya menyodorkan sendok pada pemuda itu dan kemudian pergi.
Setengah jam berlalu, dan orang tua bijak itu pun kembali dan segera menemui pemuda itu.
Ia bertanya pada pemuda itu, "Kamu sudah mengelilingi seisi rumah dan halaman di luar?"
Pemuda itu menganggukkan kepala sambil berkata, "Sudah."
Orang tua itu lanjut bertanya, "Kalau begitu, apa yang sudah kamu lihat? Tolong beritahu saya."
Pemuda itu hanya diam tanpa menjawab.
Orang tua itu bertanya lagi, "Kenapa diam? Rumah dan halaman begitu luas, banyak sekali yang bisa dilihat. Apa saja yang telah kamu lihat?"
Pemuda itu mulai bicara, "Saya tidak melihat apa pun. Kalau pun melihat, itu hanya sekilas saja. Saya tidak bisa ingat sepenuhnya."
"Mengapa bisa begitu?" tanya orang tua itu.
Sang pemuda dengan malu menjawab, "Karena saat berjalan, saya terus memperhatikan sendok ini, takut tinta jatuh dan mengotori rumah Anda."
Dengan senyum, orang tua bijak itu berseru, "Nah, itulah jawaban yang kamu cari-cari selama ini. Kamu telah mengorbankan keindahan rumah yang seharusnya bisa kamu nikmati hanya untuk memerhatikan sendok berisi tinta ini. Karena terus mengkhawatirkan tinta ini, kamu tidak sempat melihat rumah dan halaman yang begitu indah. Rumah ini ada begitu banyak patung, ukiran, lukisan, hiasan dan ornamen yang cantik. Begitu juga dengan halaman rumah yang berhiaskan bunga-bunga warna-warni yang bermekaran. Kamu tidak bisa melihatnya karena kamu terus melihat sendok ini."
Ia melanjutkan, "Jika kamu selalu melihat kejelekan di balik tumpukan keindahan, hidup kamu akan dipenuhi penderitaan dan kesengsaraan. Sebaliknya, jika kamu selalu mampu melihat keindahan di balik tumpukan kejelekan, maka hidup kamu akan lebih indah. Itulah rahasia dari kebahagiaan. Apakah sekarang sudah mengerti, anak muda?"
Pemuda itu benar-benar salut atas kebijaksaan dari orang tua itu. Ia sungguh puas dengan jawabannya. Akhirnya ia menemukan jawaban yang selama ini ia cari. Sebelum pergi, ia menepati janjinya dengan memberi hormat dan dua jempol kepada orang tua tersebut.
RENUNGAN :
Dalam hidup ini, alangkah baiknya kita tidak menjerumuskan diri kita ke dalam keterpurukan. Selalu ada hal positif yang bisa kita ambil. Jangan mengorbankan keindahan hidup hanya untuk melihat sisi jeleknya. Jadilah orang yang senantiasa melihat setitik terang di dalam gelap.
Setitik Terang di Balik Setiap Kesulitan
Written By Regina Kim on Rabu, 14 November 2018 | 20.20
Suatu kala, ada seorang yang cukup terkenal akan kepintarannya dalam membantu orang mengatasi masalah. Meskipun usianya sudah cukup tua, namun kebijaksanaannya luar biasa luas. Karena itulah, orang berbondong-bondong ingin bertemu dengannya dengan harapan agar masalah mereka bisa diselesaikan.
Setiap hari, ada saja orang yang datang bertemu dengannya. Mereka sangat mengharapkan jawaban yang kiranya dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dan hebatnya, rata-rata dari mereka puas akan jawaban yang diberikan. Tidak heran, kepiawaiannya dalam mengatasi masalah membuat namanya begitu tersohor.
Suatu hari, seorang pemuda mendengar pembicaraan orang-orang di sekitar yang bercerita tentang orang tua tersebut. Ia pun menjadi penasaran dan berusaha mencari tahu keberadaannya. Ia juga ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang sedang mengganjal di hatinya dan ia masih belum mendapatkan jawaban. Ia berharap mendapatkan jawaban dari orang tua tersebut.
Setelah berhasil mendapatkan lokasi tempat tinggal orang tua itu, ia bergegas menuju ke sana. Tempat tinggal orang tua tersebut dari luar terlihat sangat luas bagai istana.
Setelah masuk ke dalam rumah, ia akhirnya bertemu dengan orang tua bijaksana tersebut. Ia bertanya, "Apakah Anda orang yang terkenal yang sering dibicarakan orang-orang mampu mengatasi berbagai masalah?"
Orang tua itu menjawab dengan rendah hati, "Ah, orang-orang terlalu melebih-lebihkan. Saya hanya berusaha sebaik mungkin membantu mereka. Ada yang bisa saya bantu, anak muda? Kalau memang memungkinkan, saya akan membantu kamu dengan senang hati."
"Mudah saja. Saya hanya ingin tahu apa rahasia hidup bahagia? Sampai saat ini saya masih belum menemukan jawabannya. Jika Anda mampu memberi jawaban yang memuaskan, saya akan memberi hormat dan dua jempol kepada Anda serta menceritakan kehebatan Anda pada orang-orang," balas pemuda itu.
Orang tua itu berkata, "Saya tidak bisa menjawab sekarang."
Pemuda itu merengut, berkata, "Kenapa? Apakah Anda juga tidak tahu jawabannya?"
"Bukan tidak bisa. Saya ada sedikit urusan mendadak," balas orang tua itu. Setelah berpikir sebentar, ia melanjutkan, "Begini saja, kamu tunggu sebentar."
Orang tua itu pergi ke ruangan lain mengambil sesuatu. Sesaat kemudian, ia kembali dengan membawa sebuah sendok dan sebotol tinta. Sambil menuangkan tinta ke sendok, ia berkata, "Saya ada urusan yang harus diselesaikan. Tidak lama, hanya setengah jam. Selagi menunggu, saya ingin kamu berjalan dan melihat-lihat keindahan rumah dan halaman di luar sambil membawa sendok ini."
"Untuk apa?" tanya pemuda itu dengan penasaran.
"Sudah, jangan banyak tanya. Lakukan saja. Saya akan kembali setengah jam lagi," kata orang tua itu seraya menyodorkan sendok pada pemuda itu dan kemudian pergi.
Setengah jam berlalu, dan orang tua bijak itu pun kembali dan segera menemui pemuda itu.
Ia bertanya pada pemuda itu, "Kamu sudah mengelilingi seisi rumah dan halaman di luar?"
Pemuda itu menganggukkan kepala sambil berkata, "Sudah."
Orang tua itu lanjut bertanya, "Kalau begitu, apa yang sudah kamu lihat? Tolong beritahu saya."
Pemuda itu hanya diam tanpa menjawab.
Orang tua itu bertanya lagi, "Kenapa diam? Rumah dan halaman begitu luas, banyak sekali yang bisa dilihat. Apa saja yang telah kamu lihat?"
Pemuda itu mulai bicara, "Saya tidak melihat apa pun. Kalau pun melihat, itu hanya sekilas saja. Saya tidak bisa ingat sepenuhnya."
"Mengapa bisa begitu?" tanya orang tua itu.
Sang pemuda dengan malu menjawab, "Karena saat berjalan, saya terus memperhatikan sendok ini, takut tinta jatuh dan mengotori rumah Anda."
Dengan senyum, orang tua bijak itu berseru, "Nah, itulah jawaban yang kamu cari-cari selama ini. Kamu telah mengorbankan keindahan rumah yang seharusnya bisa kamu nikmati hanya untuk memerhatikan sendok berisi tinta ini. Karena terus mengkhawatirkan tinta ini, kamu tidak sempat melihat rumah dan halaman yang begitu indah. Rumah ini ada begitu banyak patung, ukiran, lukisan, hiasan dan ornamen yang cantik. Begitu juga dengan halaman rumah yang berhiaskan bunga-bunga warna-warni yang bermekaran. Kamu tidak bisa melihatnya karena kamu terus melihat sendok ini."
Ia melanjutkan, "Jika kamu selalu melihat kejelekan di balik tumpukan keindahan, hidup kamu akan dipenuhi penderitaan dan kesengsaraan. Sebaliknya, jika kamu selalu mampu melihat keindahan di balik tumpukan kejelekan, maka hidup kamu akan lebih indah. Itulah rahasia dari kebahagiaan. Apakah sekarang sudah mengerti, anak muda?"
Pemuda itu benar-benar salut atas kebijaksaan dari orang tua itu. Ia sungguh puas dengan jawabannya. Akhirnya ia menemukan jawaban yang selama ini ia cari. Sebelum pergi, ia menepati janjinya dengan memberi hormat dan dua jempol kepada orang tua tersebut.
RENUNGAN :
Dalam hidup ini, alangkah baiknya kita tidak menjerumuskan diri kita ke dalam keterpurukan. Selalu ada hal positif yang bisa kita ambil. Jangan mengorbankan keindahan hidup hanya untuk melihat sisi jeleknya. Jadilah orang yang senantiasa melihat setitik terang di dalam gelap.
19.42
Alkisah, hiduplah seorang kakek dan seorang pemuda. Pada masa itu, semua manusia bisa memamerkan hatinya, setiap hati bisa diperlihatkan pada orang lain, karena tubuh di bagian dada tidak tertutup daging, sehingga bila pakaian dibuka, hati terlihat, tidak seperti sekarang di mana hati tidak tampak dan harus diperlihatkan dengan suara, tulisan, pandangan dan sentuhan.
Sang kakek dan sang pemuda jelas berbeda umur, berbeda pemikiran dan memiliki hati yang sangat berbeda. Sang kakek yang bekerja sebagai penebang kayu sering tidak memakai pakaian atas karena panasnya cuaca, sehingga hatinya terlihat. Hati sang kakek penuh dengan bekas luka dan berlubang. Hati kakek itu lebih mengerikan daripada keriput pada kulitnya.
Sedangkan sang pemuda yang masih gagah dan tampan, dia sering tidak memakai pakaian atas sebagai bentuk pamer dan kesombongan. Pemuda itu memiliki hati yang bersih, mulus, tanpa cacat sedikitpun. Baginya, hal itu adalah hal yang membanggakan. Dia akan memamerkan pada semua orang yang ditemui mengenai hati yang bersih tanpa satu goresan.
Lalu pada suatu hari, mereka bertemu. Si pemuda tertawa terbahak-bahak dengan angkuh. Dia menepuk dadanya dan sesumbar mengatakan, "Hai, kakek yang malang, coba kau lihat hatiku! Tidak ada cacatnya, aku menjaga dengan baik benda berharga ini. Sedangkan milikmu... Astaga, kau pasti tidak bisa menjaganya dengan baik,"
Sang kakek yang sudah renta itu hanya tersenyum, tidak ada guratan marah di dalam matanya. Dia menatap hatinya yang penuh luka, sangat berbeda dengan milik sang pemuda. Lalu kakek itu berkata, "Wahai pemuda, kenapa kau sangat menjaga hatimu?"
Pemuda sombong itu mengangkat sebelah alisnya, "Tentu saja, karena hati adalah benda yang sangat berharga, seharusnya kau tahu itu," Si kakek menjawab, "Tentu saja aku tahu, wahai anak muda. Aku tahu bahwa hati adalah sesuatu yang berharga. Kenapa dia berharga? Karena selama hidup, kau harus membaginya dengan orang lain,"
Sang pemuda terdiam lama, suara sang kakek yang bijaksana membuatnya berniat untuk mendengarkan kalimat sang kakek hingga habis. "Kau boleh saja sangat menjaga hatimu, tetapi apakah kau bahagia hanya dengan memamerkannya dan tidak membaginya dengan orang lain? Wahai pemuda, aku membiarkan hatiku dilukai orang lain, termasuk wanita. Aku juga memberikan beberapa potong hatiku untuk orang lain, bahkan orang-orang yang tidak aku kenal, dan aku bahagia karenanya, karena hatiku bisa membahagiakan orang lain. Sekalipun hatiku penuh luka dan berlubang, itulah hati yang seharusnya kau bagi dengan orang lain,"
Sang pemuda akhirnya menyadari bahwa makna dari hati adalah untuk dibagikan dengan orang lain, sekalipun hatinya harus rusak dan berlubang. Akhirnya dia mencongkel sedikit bagian hatinya dan diberikan untuk sang kakek untuk menambal sedikit bagian yang berlubang. Sang kakek berterima kasih atas pemberian itu. Dan sang pemuda, sejak hari itu mulai membagi hatinya pada orang lain. Tidak hanya itu, ada beberapa orang yang menambal hatinya yang berlubang. Dia berbahagia karena hal itu.
RENUNGAN :Tidak selamanya Anda harus meratapi hati Anda yang terluka, patah, atau hancur. Percayalah, akan ada orang lain yang bisa menambal hati Anda. Berbahagialah karena Anda telah berani membagikan hati Anda pada orang lain.
Bahagia Dengan Hati Yang Rusak
Written By Regina Kim on Selasa, 20 September 2016 | 19.42
Alkisah, hiduplah seorang kakek dan seorang pemuda. Pada masa itu, semua manusia bisa memamerkan hatinya, setiap hati bisa diperlihatkan pada orang lain, karena tubuh di bagian dada tidak tertutup daging, sehingga bila pakaian dibuka, hati terlihat, tidak seperti sekarang di mana hati tidak tampak dan harus diperlihatkan dengan suara, tulisan, pandangan dan sentuhan.
Sang kakek dan sang pemuda jelas berbeda umur, berbeda pemikiran dan memiliki hati yang sangat berbeda. Sang kakek yang bekerja sebagai penebang kayu sering tidak memakai pakaian atas karena panasnya cuaca, sehingga hatinya terlihat. Hati sang kakek penuh dengan bekas luka dan berlubang. Hati kakek itu lebih mengerikan daripada keriput pada kulitnya.
Sedangkan sang pemuda yang masih gagah dan tampan, dia sering tidak memakai pakaian atas sebagai bentuk pamer dan kesombongan. Pemuda itu memiliki hati yang bersih, mulus, tanpa cacat sedikitpun. Baginya, hal itu adalah hal yang membanggakan. Dia akan memamerkan pada semua orang yang ditemui mengenai hati yang bersih tanpa satu goresan.
Lalu pada suatu hari, mereka bertemu. Si pemuda tertawa terbahak-bahak dengan angkuh. Dia menepuk dadanya dan sesumbar mengatakan, "Hai, kakek yang malang, coba kau lihat hatiku! Tidak ada cacatnya, aku menjaga dengan baik benda berharga ini. Sedangkan milikmu... Astaga, kau pasti tidak bisa menjaganya dengan baik,"
Sang kakek yang sudah renta itu hanya tersenyum, tidak ada guratan marah di dalam matanya. Dia menatap hatinya yang penuh luka, sangat berbeda dengan milik sang pemuda. Lalu kakek itu berkata, "Wahai pemuda, kenapa kau sangat menjaga hatimu?"
Pemuda sombong itu mengangkat sebelah alisnya, "Tentu saja, karena hati adalah benda yang sangat berharga, seharusnya kau tahu itu," Si kakek menjawab, "Tentu saja aku tahu, wahai anak muda. Aku tahu bahwa hati adalah sesuatu yang berharga. Kenapa dia berharga? Karena selama hidup, kau harus membaginya dengan orang lain,"
Sang pemuda terdiam lama, suara sang kakek yang bijaksana membuatnya berniat untuk mendengarkan kalimat sang kakek hingga habis. "Kau boleh saja sangat menjaga hatimu, tetapi apakah kau bahagia hanya dengan memamerkannya dan tidak membaginya dengan orang lain? Wahai pemuda, aku membiarkan hatiku dilukai orang lain, termasuk wanita. Aku juga memberikan beberapa potong hatiku untuk orang lain, bahkan orang-orang yang tidak aku kenal, dan aku bahagia karenanya, karena hatiku bisa membahagiakan orang lain. Sekalipun hatiku penuh luka dan berlubang, itulah hati yang seharusnya kau bagi dengan orang lain,"
Sang pemuda akhirnya menyadari bahwa makna dari hati adalah untuk dibagikan dengan orang lain, sekalipun hatinya harus rusak dan berlubang. Akhirnya dia mencongkel sedikit bagian hatinya dan diberikan untuk sang kakek untuk menambal sedikit bagian yang berlubang. Sang kakek berterima kasih atas pemberian itu. Dan sang pemuda, sejak hari itu mulai membagi hatinya pada orang lain. Tidak hanya itu, ada beberapa orang yang menambal hatinya yang berlubang. Dia berbahagia karena hal itu.
RENUNGAN :Tidak selamanya Anda harus meratapi hati Anda yang terluka, patah, atau hancur. Percayalah, akan ada orang lain yang bisa menambal hati Anda. Berbahagialah karena Anda telah berani membagikan hati Anda pada orang lain.
Label:
Kisah tentang Cinta
20.25
Satu ketika ada 1 keluarga yang kaya raya dan suka berdana, walau hubungan mereka baik dgn org sekitar, kekayaan mereka yang berlimpah tetap menarik perhatian bagi sebagian orang yg iri hati pada kekayaan mereka.
Satu ketika kumpulan orang-orang iri hati ini berkomplot menyusun rencana merampok keluarga kaya tersebut. Mereka berhasil membujuk seorang pekerja rumah tangga untuk bersedia memberi mereka akses masuk untuk memuluskan aksi mereka merampok.
Di hari yang di tentukan, perampokanpun terjadi. Saat mereka telah mengambil semua harta benda dan barang2 berharga, mereka sepakat untuk membunuh semua anggota keluarga kaya ini, kemudian membakar rumah mereka untuk menghilangkan barang bukti. Namun terdapat 1 perampok keberatan dengan ide itu.
"Tidak perlu membunuh mereka sekeluarga, bukankah kita hanya ingin hartanya saja?"
Namun karena ia sendirian, suaranya tidak di dengar. Komplotan perampok lebih setuju dengan rencana pembunuhan untuk menghilangkan barang bukti.
Pembunuhanpun terjadi, semua anggota keluarga tersebut mati tidak bersisa. Kemudian mayat mereka diguyur minyak tanah dan dibakar bersama rumah yang telah kosong dirampok.
Si perampok yang keberatan membunuh, pergi dengan pembagian hasil rampokannya tanpa ikut membunuh.
Kejadian ini diketahui masyarakat sekitar sebagai musibah kebakaran saja, tidak ada bukti dan saksi yang mengarahkan ke kejadian perampokan dan pembunuhan yang sebenarnya. Dan komplotan perampok tersebut melanjutkan hidup mereka dengan menikmati hasil rampokannya. The end.
Bertahun2 kemudian, pada kehidupan yang berbeda, sebuah mini bus yang mengangkut serombongan kecil turis mengalami sebuah kecelakaan. Beritanya tersebar sampai ke seluruh negeri karena terdapat kejadian aneh dari kecelakaan tsb.
Mini bus tersebut menabrak sebuah becak yang mengangkut minyak tanah di area jalan perbukitan dan MELEDAK! Si penarik becak meninggal terbakar, seisi bus juga meninggal terbakar. Tapi supir busnya selamat.
Supir bus tersebut mengalami luka bakar yang cukup parah, tapi ia bertahan hidup.
Orang2 bertanya2, bagaimana bisa si supir yang duduk di bagian depan bisa bertahan hidup sementara orang2 yang ia bawa dalam bus tidak ada yang selamat dari kecelakaan tersebut? Bukankah itu keajaiban?
Kisah ini banyak diperbincangkan dan di bahas dalam artikel2 yg dimuat di koran. Ternyata si tukang becak sedang tergesa-gesa mengantarkan minyak tanah pesanan tuan tanah setempat, sementara mini bus datang dari arah berlawanan jalan menikung, sehingga tabrakanpun terjadi. Minyak tanah yang terhambur menyebabkan sedikit percikan api jadi bencana ledakan berakibat kematian masal.
Tapi bagaimana bisa si supirnya selamat? Semua orang menerka-nerka dan berspekulasi, saking penasarannya sampai-sampai "orang pintar" dimintai keterangan...
Dan terungkaplah hutang piutang mereka di kehidupan lampau...
*Si tukang becak adalah pembantu rumah tangga yang memberi akses pada kawanan perampok sehingga mereka berhasil menjalankan aksinya,
*tuan tanah yang memesan minyak tanah adalah keluarga kaya korban perampokan dan pembunuhan,
*Sekelompok turis yang mati terbakar dalam mini bus adalah kawanan perampok yang membunuh dan membakar keluarga kaya, dan si supir bus yang selamat adalah perampok yang menolak melakukan pembunuhan pada keluarga kaya tersebut*.
Semua benar-benar mendapat "bagian-bagiannya masing-masing.
RENUNGAN :
Si keluarga kaya korban perampokan TIDAK (perlu/sedang) berupaya membalas dendam pada pembunuh mereka. Di kehidupan ini mereka 'hanya' sedang memesan sejumlah besar minyak tanah untuk keperluan bisnis mereka yang sialnya menyebabkan kecelakaan yang menewaskan banyak orang.
Tapi karma pembalasannya tetap berjalan...
Jadi teman, setelah membaca kisah ini, MARI KITA MELANJUTKAN HIDUP KITA DENGAN PENUH SUKA CITA DAN HATI RIANG, tidak perlu repot membuang waktu, pikiran dan tenaga 'membalas' perlakuan buruk dari orang-orang iseng di sekitar anda. karena CEPAT/ LAMBAT mereka akan memetik hasilnya.
*BERFOKUSLAH UNTUK TERUS MENANAM KARMA BAIK, dan gapailah segala sukacita hidup!* SEMANGAT! \^o^/
*Boleh percaya, boleh enggak, kisah ini 'base from true story'.*
PERAMPOKAN YANG DIBALAS DENGAN KARMA
Written By Regina Kim on Kamis, 25 Agustus 2016 | 20.25
Satu ketika ada 1 keluarga yang kaya raya dan suka berdana, walau hubungan mereka baik dgn org sekitar, kekayaan mereka yang berlimpah tetap menarik perhatian bagi sebagian orang yg iri hati pada kekayaan mereka.
Satu ketika kumpulan orang-orang iri hati ini berkomplot menyusun rencana merampok keluarga kaya tersebut. Mereka berhasil membujuk seorang pekerja rumah tangga untuk bersedia memberi mereka akses masuk untuk memuluskan aksi mereka merampok.
Di hari yang di tentukan, perampokanpun terjadi. Saat mereka telah mengambil semua harta benda dan barang2 berharga, mereka sepakat untuk membunuh semua anggota keluarga kaya ini, kemudian membakar rumah mereka untuk menghilangkan barang bukti. Namun terdapat 1 perampok keberatan dengan ide itu.
"Tidak perlu membunuh mereka sekeluarga, bukankah kita hanya ingin hartanya saja?"
Namun karena ia sendirian, suaranya tidak di dengar. Komplotan perampok lebih setuju dengan rencana pembunuhan untuk menghilangkan barang bukti.
Pembunuhanpun terjadi, semua anggota keluarga tersebut mati tidak bersisa. Kemudian mayat mereka diguyur minyak tanah dan dibakar bersama rumah yang telah kosong dirampok.
Si perampok yang keberatan membunuh, pergi dengan pembagian hasil rampokannya tanpa ikut membunuh.
Kejadian ini diketahui masyarakat sekitar sebagai musibah kebakaran saja, tidak ada bukti dan saksi yang mengarahkan ke kejadian perampokan dan pembunuhan yang sebenarnya. Dan komplotan perampok tersebut melanjutkan hidup mereka dengan menikmati hasil rampokannya. The end.
Bertahun2 kemudian, pada kehidupan yang berbeda, sebuah mini bus yang mengangkut serombongan kecil turis mengalami sebuah kecelakaan. Beritanya tersebar sampai ke seluruh negeri karena terdapat kejadian aneh dari kecelakaan tsb.
Mini bus tersebut menabrak sebuah becak yang mengangkut minyak tanah di area jalan perbukitan dan MELEDAK! Si penarik becak meninggal terbakar, seisi bus juga meninggal terbakar. Tapi supir busnya selamat.
Supir bus tersebut mengalami luka bakar yang cukup parah, tapi ia bertahan hidup.
Orang2 bertanya2, bagaimana bisa si supir yang duduk di bagian depan bisa bertahan hidup sementara orang2 yang ia bawa dalam bus tidak ada yang selamat dari kecelakaan tersebut? Bukankah itu keajaiban?
Kisah ini banyak diperbincangkan dan di bahas dalam artikel2 yg dimuat di koran. Ternyata si tukang becak sedang tergesa-gesa mengantarkan minyak tanah pesanan tuan tanah setempat, sementara mini bus datang dari arah berlawanan jalan menikung, sehingga tabrakanpun terjadi. Minyak tanah yang terhambur menyebabkan sedikit percikan api jadi bencana ledakan berakibat kematian masal.
Tapi bagaimana bisa si supirnya selamat? Semua orang menerka-nerka dan berspekulasi, saking penasarannya sampai-sampai "orang pintar" dimintai keterangan...
Dan terungkaplah hutang piutang mereka di kehidupan lampau...
*Si tukang becak adalah pembantu rumah tangga yang memberi akses pada kawanan perampok sehingga mereka berhasil menjalankan aksinya,
*tuan tanah yang memesan minyak tanah adalah keluarga kaya korban perampokan dan pembunuhan,
*Sekelompok turis yang mati terbakar dalam mini bus adalah kawanan perampok yang membunuh dan membakar keluarga kaya, dan si supir bus yang selamat adalah perampok yang menolak melakukan pembunuhan pada keluarga kaya tersebut*.
Semua benar-benar mendapat "bagian-bagiannya masing-masing.
RENUNGAN :
Si keluarga kaya korban perampokan TIDAK (perlu/sedang) berupaya membalas dendam pada pembunuh mereka. Di kehidupan ini mereka 'hanya' sedang memesan sejumlah besar minyak tanah untuk keperluan bisnis mereka yang sialnya menyebabkan kecelakaan yang menewaskan banyak orang.
Tapi karma pembalasannya tetap berjalan...
Jadi teman, setelah membaca kisah ini, MARI KITA MELANJUTKAN HIDUP KITA DENGAN PENUH SUKA CITA DAN HATI RIANG, tidak perlu repot membuang waktu, pikiran dan tenaga 'membalas' perlakuan buruk dari orang-orang iseng di sekitar anda. karena CEPAT/ LAMBAT mereka akan memetik hasilnya.
*BERFOKUSLAH UNTUK TERUS MENANAM KARMA BAIK, dan gapailah segala sukacita hidup!* SEMANGAT! \^o^/
*Boleh percaya, boleh enggak, kisah ini 'base from true story'.*
Label:
Kisah Nyata,
Kisah-kisah spiritual
Diberdayakan oleh Blogger.